tegursapanews - Layaknya tangkai tanaman yang patah, ia akan tergantikan oleh tangkai yang baru. Demikianlah kiranya yang terjadi pada Imam Syafii.
Beliau lahir di Gaza (Palestina) Pada hari Jumat di akhir bulan Rajab tahun 150 H sebagai "tangkai yang baru". Sebab, kelahiran Imam Syafii bertepatan dengan tahun meninggalnya Abu Hanifah Rahimahullah.
Pada saat umat Islam kehilangan seorang imam besar, pada waktu yang bersamaan lahir seorang calon imam besar suatu saat nanti.
Hal yang sama pun terjadi saat kelahiran Malik bin Anas yang bertepatan dengan Anas bin Malik.
Seorang keturunan Arab ini lahir dengan nama asli Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin as-Said bin Ubaid bin Abdun Yazid bin Hasyim bin al-Mutthalib bin Abdul Manaf.
Beliau kemudian memiliki gelar Abu Abdullah. Muhammad bin Ismail al-Bukhari suatu kali menyebutkan nama Muhammad bin Idris asy-Syafii Al-Qursy untuk merujuk kepada Imam Syao karena beliau berasal dari suku Quraisy.
Apabila ada sebagian pengikut Mazhab Hanafi dan Maliki yang menyatakan bahwa Imam Syafii bukan berasal dari suku tersebut maka pernyataan itu tidak benar.
Sebab suatu ketika Sang Imam pernah mengakui secara terang-terangan dihadapan Harun ar-Rasyid bahwa beliau dari suku Quraisy.
Hal ini dilakukan beliau ketika terjadi fitnah dan pengasingan terhadap kaum Alawiyyin. Lebih tepatnya, isu tersebut dimunculkan oleh orang-orang yang dengki pada keberadaan dan kecerdasan Sang Imam.
Nasab Sang Imam pun merupakan keturunan mulia yang sudah memiliki kedudukan penting sejak jaman jahiliah.
Begitu pula setelah kedatangan Islam. Pada akhirnya, nasab tersebut bertemu dengan Rasulullah Saw kepada Abdul Manaf.
Bersambung.....
Foto: Kompas
Kedinding Lor Surabaya, Ahad - 17 - Maret - 2024
For further information call: 0818 536 867