Notification

×

Iklan

Iklan

Percikan Kisah Berziarah ke Gua Ghira dan Gua Tsur di Makkah

| Maret 14, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-03-14T21:56:41Z
tegursapanews -  Alkisah ketika Safari Ibadah Umrah Ramadan pada Agustus 2010 dan Manasik Haji pada Oktober 2013. Kita termasuk jamaah KBIH Amanatul Ummah Surabaya yang dipimpin langsung KH Asep Saifuddin Chalim pendiri Pontren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto Jawa Timur.

Beliau setiap kali safari ke tanah suci Makkah sejak tahun 1995, beliau selalu upaya berziarah masuk ke Gua Ghira di Jabal Nur dan Gua Tsur bersama para jamaahnya. Selain berkunjung ke lokasi Jabal Magnit di Utara kota Madinah. Hal tersebut tidak dilakukan oleh semua KBIH di Surabaya dan Jawa Timur.

Pada waktu kita Safari Ibadah Umrah pada bulan Agustus 2010, setelah 8 hari di kota Madinah. Seusai waktu Isya kita berpakaian Ihram menuju kota Makkah naik bis selama 4 jam. Sebelum waktu Subuh kita sudah masuk kota Makkah, perjalanan tersebut kita sebut sebagai Isra umat Nabi Muhammad SAW. Seusai makan Sahur kita tawaf di Kakbah dan Sai dilanjutkan Salat Subuh di Masjid al-Haram.

Berbeda dengan waktu kita Safari Manasik Haji pada Oktober 2013. Kita terbang dari Bandara Internasional Juanda Surabaya langsung ke Bandara internasional King Abdul Aziz di kota Jaddah Arab Saudi. Pada saat itu sebagian jamaah haji Indonesia sudah memakai pakaian Ihram selama 10 jam. Kemudian setelah usai manasik haji, kita naik bis dari Kota suci Makkah al-Mukarramah ke kota Madinah al-Munawarah persis pada malam tahun baru hijriah 01 Muharram 1435 H.

Pada saat ini, para jamaah haji dan umrah yang berasal dari seluruh dunia. Mereka sudah bisa naik Kereta Api cepat dari Makkah ke Madinah dan arah sebaliknya yang ditempuh dalam waktu hanya 90 menit, dengan kecepatan 350 km / jam. Konon harga tiket kereta api cepat tersebut senilai Rp 600.000,- atau 150 Riyal Arab Saudi.

Atas dasar pengalaman tersebut yang pernah dirasakan selama berada di tanah suci Makkah dan Madinah. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana susah payahnya para jamaah haji dari wilayah Nusantara pada zaman kolonial Belanda. Mereka naik kapal laut menelusuri pantai dari berbagai pelabuhan di Nusantara sampai ke pelabuhan Jaddah Arab Saudi pulang pergi selama puluhan hari.

Demikian pula setelah mereka itu sampai di pelabuhan Jaddah berangkat  ke kota Makkah naik onta. Setelah di Makkah mereka tinggal di dalam tenda yang sangat sederhana. Ketika mereka akan berziarah ke makam Rasulullah di kota Madinah harus menempuh jarak sekitar 450 km naik Onta kendaraan tradisional warga Badwy beberapa hari melintasi Padang Pasir yang gersang dan panas. 

Kalau boleh dibandingkan abad lalu dan abad sekarang ini. Sungguh beruntung para jamaah haji sekarang, barokah dari kemajuan teknologi transportasi yang serba canggih. Jamaah haji dan umrah dari Indonesia pulang pergi sudah naik pesawat terbang. Kemudian mereka dari hotel ke Masjid al-Haram pulang pergi naik bis salawat yang operasional selama 24 jam.

Selama di Makkah dan Madinah mereka nginap di hotel yang lengkap dengan AC, termasuk ketika wukuf di Padang Arafah, di Muzdalifah dan Mina. Mereka tanpa harus membawa beras dan kompor lagi untuk masak pagi dan sore hari, karena semua kebutuhan sudah tersedia dengan baik oleh petugas haji. Mabruk wa mabrur maqbulan Amien.

Kamis, 14 Maret 24
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim
×
Berita Terbaru Update