Notification

×

Iklan

Iklan

Politisasi Kerupuk Belide, Pempek dan Duku Palembang di Pulau Jawa

| Maret 30, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-03-30T16:05:48Z
tegursapanews - Warga negara yang lahir di Desa terpencil yang dulu disebut Marga pada abad silam di kota Pagaralam dan Semende atau di daerah Musi Rawas dan Ogan Komering Sumatra Selatan, seperti Tn Hatta Rajasa mantan ketua umum PAN dan mantan calon wakil presiden Tn Prabowo Subianto. Mereka disebut orang dari Palembang setelah merantau ke tanah al-Jawi (nyeberang lautan).

Kenapa disebut nama Palembang ?
Jawabannya, mungkin nama Palembang sudah mendunia sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut mengandung unsur politik, karena dalam sejarah Islamisasi di Wilayah Nusantara tercatat nama Kesultanan Palembang pada abad ke 17. Salah satu warisan budayanya yang monumental berbentuk Masjid Agung di pinggir sungai Musi, persis berada di pangkal Jembatan Ampera yang dibangun Ir Sutami pada era orde lama Presiden Soekarno.

Pada bulan Ramadan ini kita aktif mengikuti berita aktual tentang kisah panen raya buah Duku di wilayah Marga Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel. Karib kerabat dan sahabat karib kita sebagai warga kampung yang memiliki kebun warisan dari leluhur. Sebagian sempat menjerit, karena harga Duku di bawah pohon dijual Rp 2.000,- perkilo.

Kemudian buah Duku tersebut setelah dikirim pedagang ke Tanah Jawa. Kisahnya dipolitisir dengan nama Duku Palembang yang dijamin rasa manis. Padahal asal usulnya dari kebun di Desa di kabupaten Ogan, Komering, Muara Enim, Lahat dan daerah lainnya. Atas dasar nama tersebut, harga yang tertulis di lapak pinggir jalan, seperti yang dijual pedagang Madura di Sidoarjo tertulis angka Rp 25.000,-

Selain nama Buah Duku tersebut yang populer dengan sebutan Duku Palembang, terdapat jenis lain seperti kuliner Pempek Kapal Selam dan Kerupuk Ikan Belide Palembang yang rasanya gurih dan enak. Ada lagi produk industri kain tenun Palembang yang berwarna merah dan kuning Emas.

Banyak tokoh nasional yang disebut orang Palembang seperti al-Maghfur Tn Taufik Kiemas yang leluhurnya dari Desa Tanjung Raman Muara Enim. Beliau mantan ketua MPR RI dan suami Presiden kelima Pn Megawati Soekarnoputri. Beliau ayah kandung Ketua DPR RI Puan Maharani dari fraksi PDI-P.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ternyata semua hal yang berada di sekeliling kita, bisa dijadikan bahan untuk kepentingan politik. Dengan demikian, tidak perlu heran, jika kasus kecurangan dalam pemilu dijadikan para pakar hukum dan elit politik nasional di ibukota Jakarta. Kasus pemilu didramatisir di Gedung  Mahkamah Konstitusi (MK). 

Pada saat ini tercatat salah seorang dari nama Hakim MK kelahiran Desa Tanjung Jambu Merapi Timur Lahat Sumsel yang bernama Tn Ridwan Mansyur. Beliau mendapatkan amanah negara untuk turut serta menetapkan nama Presiden Indonesia yang ke 8, hasil pemilu pada Rabu, 14 Februari 2024 yang lalu.

Mungkin saja capres Tn Prabowo Subianto dengan cawapres Tn Gibran Rakabuming Raka yang berhasil meraih suara 58,58 persen dalam keputusan KPU pada Rabu, 20 Maret 2024 yang akan diputuskan para hakim MK sebagai kepala negara periode 2024-2029. Wallahu aklam barokallah Amien.

Sabtu, 30 Maret 24
20 Ramadan 1446 H 
Sabdasheh

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

Editor: Abdul Chalim
×
Berita Terbaru Update