tegursapanews - Alkisah pada Jumat, 22 Maret 24, persis pada pukul 11.23 WIB menjelang Salat Jumat, kita di kota Sidoarjo Jawa Timur dikejutkan dengan peristiwa Gempa Bawean 6,5 SR. Kemudian disusul gempa lagi pada pukul 14,12 WIB yang berdampak pada kerusakan ribuan bangunan di kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo dan daerah lainnya.
Gempa tersebut terjadi sekitar 35 km di barat pulau Bawean yang jaraknya sekitar 150 km dari Surabaya. Namun demikian, dirasakan para pengendara yang sedang melewati jembatan Suramadu. Kejadian tersebut baru terjadi pertama kali dalam sejarah gempa di bumi Pertiwi yang dinamakan Gempa Bawean yang sebelumnya disebut Gempa Tuban.
Dalam hal ini, kasus tersebut mengingatkan kita ketika tawaf di pulau Bawean pada bulan Agustus 2017 bersama Tn Abdul Chalim Ensiklopedi dari Surabaya. Kita berangkat naik speedboat dari pelabuhan Gresik dan kembali naik kapal feri ke pelabuhan Paciran Lamongan seusai waktu Isya dan baru merapat sebelum waktu Subuh. Kita tidur di atas kapal feri pada saat itu.
Pada waktu itu, kita nginap semalam di pulau Bawean dan seharian menelusuri jalan di sepanjang pinggir pantai. Kita melihat lokasi penangkaran Rusa di pinggir sebuah kampung. Selain masuk Bandara Usman dan Harun yang masih sepi penumpang.
Kita masih ingat rumah tempat kita nginap di pulau Bawean posisinya persis berada di pinggir pantai. Kita melihat ombak laut sampai ke belakang rumah warga di malam hari. Pada saat itu, kita sempat menduga andaikan terjadi Tsunami seperti di Aceh pada tahun 2004. Maka habislah rumah perkampungan tersebut diterjang oleh ombak laut yang tanpa ampun.
Selama 30 jam berada di pulau Bawean, kita mendengar kabar, bahwa penduduk di pulau Bawean yang menggunakan Bahasa Madura terdiri dari multi etnis dari Aceh sampai etnis Bugis. Ribuan lelakinya mayoritas bekerja di luar pulau Bawean, bahkan mengais Rizki di luar negeri seperti ke Singapura, Malaysia, Thailand sampai ke benua Australia. Dengan demikian, pulau Bawean disebut pulau Putri yang dihuni mayoritas perempuan.
Salah satu hal yang menarik perhatian bagi para wisatawan. Pulau Bawean adalah daerah yang sangat aman dari kasus kriminal seperti tidak ada kasus pencurian dan pembunuhan. Kita melihat kendaraan bermotor milik warga kampung di parkir di halaman rumah mereka memasing. Wajar kalau Pulau Bawean disebut dengan alam surgawi yang berada di tengah laut Jawa. Daerah tersebut termasuk aman dan tentram sebagai profil masyarakat yang relijius.
Salah satu tujuan kita berkunjung ke Pulau Bawean pada saat itu, kita mendengar berita di Bawean terkenal dengan hasil lautnya yang berupa seafood Lobster yang ditangkap para nelayan yang nyelam di dalam laut. Kita ingin membuktikan kesahihan berita di media online yang menarik perhatian netizen tersebut.
Pada saat itu kita melihat sebuah restoran besar di pinggir pantai yang menyediakan menu makanan khas seafood Lobster buat para wisatawan asing yang naik kapal pesiar route Singapura ke Bali pulang pergi yang mampir di pelabuhan Bawean. Usaha restoran tersebut milik anggota DPR RI asal Bawean. Barokallah Amien.
Ahad, 24 Maret 24
Sabdasheh
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
Editor: Abdul Chalim
For further information call me: 0818 536 867