tegursapanews - Alkisah pada tahun 1994, kita pernah masuk Surau Nurul Amin di Surabaya, salah satu markas jamaah Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah yang pusatnya di Medan Sumatra Utara dengan Mursyid Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin. Secara rutin kita ikut ritual wiridan setiap Senin Malam dan Malam Jumat bersama puluhan jamaah Tarekat dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Selain itu kita juga pernah ikut program Suluk selama 10 hari di akhir bulan Ramadan dan di awal bulan Zulhijjah selain Suluk Maulid Nabi Muhammad SAW. Ritual Suluk adalah ciri khas dari program unggulan Tarekat Naqsabandiyah di seluruh Indonesia, yang kadang disebut dengan istilah Iktikaf pada bulan Ramadan.
Pada tahun 1996, kita pernah terbang dari Bandara Internasional Juanda Sidoarjo ke Bandara Ferdinand Lumban Tobing kota Medan Sumatra Utara. Pada saat itu kita sempat bertemu beberapa orang murid Ayah Guru Syeikh Kadirun Yahya MA yang berasal dari seluruh tanah air. Bahkan kita ngobrol dengan murid beliau yang datang dari Malaysia di kampus Universitas Pembangunan Panca Budi Medan Sumut.
Sungguh banyak faham Tarekat yang tumbuh Subur di Nusantara. Dalam kajian akademis tercatat beberapa nama Tarekat Muktabarah yang dilindungi Jam'iyyah NU, antara lain
1. Tarekat Qadiriyah
2. Tarekat Naqsabandiyah
3. Tarekat Syadziliyah
4. Tarekat Samaniyah
5. Tarekat Syathariyah
6. Tarekat Tijaniyah
7. Tarekat Qadiriyah - Naqsabandiyah
8 . dan tarekat yang lainnya.
Seorang sufi di Aceh yang dikenal dengan nama penyair Tn Hamzah al-Fansuri, beliau adalah tokoh Tarekat Qadiriyah. Status tarekat ini dirintis Syeikh Abdul Qadir al-Jailani tetesan darah dari Nabi Muhammad SAW. Konon ayah kandung beliau adalah tetesan darah Saidina Husein bin Ali dan Ibu kandungnya tetesan darah Saidina Hasan bin Ali yang dilahirkan Siti Fatimah binti Muhammad bin Abdullah.
Beberapa tahun terakhir ini tersiar kabar di media massa, bahwa jamaah Tarekat di Indonesia telah melakukan ibadah puasa dan salat Iedul Fitri yang lebih dulu dari ketentuan pemerintah berdasarkan hasil sidang isbath yang dilakukan Kantor Kementerian agama. Sebagian lagi masih ada yang berpuasa pada tanggal 01 Syawal.
Timbul pertanyaan dari netizen
Kenapa hal tersebut bisa terjadi di Nusantara ?
Jawabnya, mereka punya pedoman tersendiri dalam menentukan awal bulan suci Ramadan dan hari raya Iedul Fitri, seperti kasus yang terjadi pada jamaah Tarekat Syathariyah di Gunung Kidul Yogyakarta kemarin.
Dalam hal ini, berbeda dengan pedoman yang dimiliki ormas Persyarikatan Muhammadiyah yang menggunakan ilmu hisab tanpa rukyatul hilal. Kita sudah membaca keputusan dari PP Muhammadiyah sebulan sebelum datangnya bulan suci Ramadan yaitu iklan tentang awal Ramadan, seperti pada tahun ini, jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024 dan Iedul Fitri 01 Syawal 1445 H pada Rabu, 10 April 2024.
Dengan beberapa kali terjadinya perbedaan awal Ramadan dan Salat Iedul Fitri bagi umat Islam di wilayah Nusantara. Muncul istilah lebaran swasta dan lebaran negeri, seperti dalam nama lembaga pendidikan nasional, SD Muhammadiyah dan SD Negeri. Barokallah Amien.
Senin, 08 April 24
29 Ramadan 1445
Sabdasheh
Editor: Abdul Chalim
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba