Az-Zafarany menyampaikan pujiannya, "Aku tidak melihat seorang pun yang seperti Syafii, baik kemuliaan, kedermawanan, ketakwaan, maupun keilmuannya."
Yahya bin Said lebih memilih mengatakan, "Aku tidak melihat seorangpun yang lebih pintar dan lebih ahli fiqih dari pada Syafii."
Al-Junaid menyatakan, "Syafii adalah salah seorang yang berbicara dengan lisan kebenaran dalam agama."
Sedikit berbeda dengan Abu Zur'ah yang berkata, "Aku tidak mengetahui seorangpun yang paling besar pemberiannya kepada kaum Muslimin melebihi Syafii."
Karena itu, Al-Nakmun pun akhirnya membuat pengakuan. Ia berkata, "Aku menguji Syafii dalam segala hal dan aku mendapatinya sempurna."
Hingga tidak berlebihan jika Al-Humaidy menyatakan, "Penghulu Para Ulama pada zamannya adalah Syafii."
Sang Murid yang kelak menjadi imam besar, Ahmad bin hambal, menyatakan keutamaan gurunya. Ia berkata, "Aku tidak melihat seorangpun yang lebih Fasih yang lebih faham mengenai ilmu-ilmu yang ada, melebihi beliau."
Ia pun menyatakan bahwa pembaru abad pertama adalah Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan pembaru abad kedua adalah Muhammad bin Idris Asy Syafii. Keduanya pun sama-sama dari Suku Quraisy.
Selain sang murid, ternyata memang banyak ulama yang menggolongkan beliau sebagai mujadid (Pembaru) abad kedua.
Sebab, pengaruh dan ilmu yang diajarkan sang Imam kepada khalayak ramai membuat arah perjalanan sejarah berubah.
Akan tetapi mengajak umat manusia kejalan kebenaran sesuai tuntutan al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ajaran-ajaran yang disampaikan sang Imam melalui mazhab beliau bukan berdasarkan pemikiran sendiri yang tidak ada dasarnya.
Jika demikian, terbuktilah sabda Rasulullah Saw. "Sesungguhnya Allah Swt mengutus pada setiap seratus tahun, seseorang yang mempernarui agamanya."
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya. Selasa - 21 - Mei - 2024
For further information call: 08888 700 867
