Notification

×

Iklan

Iklan

Kisah Hubungan Perdagangan Antara Arab Saudi Dan Negara Tiongkok

| Mei 18, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-18T08:49:45Z
tegursapanews.Com -  Bulan lalu Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta sudah mengiklankan kepada warganya, bahwa Hari Raya Iedul Adha, 10 Zulhijjah 1445 H akan jatuh pada hari Senin, yang bertepatan dengan tanggal 17 Juni 2024. Biasanya ketetapan tersebut tidak berbeda dengan keputusan Pemerintah Arab Saudi, bahwa jamaah haji dari seluruh dunia akan Wukuf di Padang Arafah pada Ahad, 16 Juni 2024 / 09 Zulhijjah 1445 gegara H.

Jamaah haji dari Indonesia gelombang pertama sudah mulai berangkat ke tanah suci pada Ahad, 12 Mei 2024 dari beberapa Bandara Internasional, seperti Bandara Juanda Sidoarjo bagi para jamaah haji yang berasal dari Jawa Timur. Mereka langsung terbang ke kota Madinah untuk melaksanakan Salat Arbain di Masjid Nabawi.

Para jamaah haji tersebut selama berada di kota Madinah dan Makkah, ketika masuk toko seperti Mall Bin Daud. Mereka akan melihat beberapa jenis barang Made in China, seperti tasbih, pakaian ihram, sajadah, kopiah dan lain sebagainya. Banyak diantara mereka belanja produk China tersebut buat buah tangan saat pulang ke tanah air.

Alkisah ketika kita Safari Ibadah Umrah pada bulan Ramadan 1432 H pada bulan Agustus 2010. Kita pernah beli tongkat buatan China ketika mendaki ke Jabal Nur untuk melihat Gua Ghira. Demikian pula ketika kita Safari Manasik Haji pada Oktober 2013, kita beli tongkat yang sama pada saat mendaki ke Gua Tsur. Kedua batang tongkat tersebut kita bawa pulang ke Sidoarjo sebagai kenang-kenangan dari tanah suci.

Keberadaan barang barang industri Made in China tersebut menunjukkan, bahwa hubungan perdagangan antara Arab Saudi dan Negara Tiongkok terjalin dengan baik. Konon hubungan dagang antara kedua negara tersebut sudah terjalin sejak sebelum Nabi Muhammad SAW lahir pada abad ke 6 Masehi. Dalam hal ini viral dibahas para ustaz di atas mimbar tentang fatwa ulama yang berbunyi "Timbalah ilmu meski harus pergi ke daratan China".

Kita masih ingat sebuah opini dari wartawan senior Tn Dahlan Iskan yang ditulis secara serial di Harian Jawa Pos pada abad silam. Andaikan Islam membolehkan permainan judi, maka tidak mustahil warga negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mayoritas berstatus muslim seperti Indonesia. Status anak saleh dalam persepsi etnis Tionghoa di daratan China adalah anak yang bisa menjadi sponsor bagi orang tuanya bermain kartu di atas meja judi Kasino setiap hari.

Permainan judi adalah budaya masyarakat China sejak puluhan abad yang silam. Pusat perjudian di beberapa lokasi di muka bumi seperti Kasino di Singapura, di Highland Malaysia dan Macau di seberang Hongkong adalah etnis Tionghoa. Para bandar Judi Online yang marak di negeri kita pada saat ini konon termasuk etnis Tionghoa.

Alkisah ketika kita keluyuran di Lembah Baliem Wamena Jayawijaya Papua Pegunungan pada awal Desember 2019. Kita pernah menulis opini di medsos, andaikan aturan larangan Judi di Indonesia dicabut. Kita mengusulkan supaya Papua Pegunungan dijadikan pusat perjudian nasional yang disponsori oleh miliarder etnis Tionghoa yang lahir di Indonesia.

Mereka yang akan datang ke Kasino di wilayah Papua Pegunungan, diprediksi tidak hanya para miliarder yang senang bermain judi dan para wisatawan. Tidak mustahil para kiai yang ahli tafsir kitab suci al-Quran akan mengajak para santrinya untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang aneka ragam bentuk budaya perjudian yang dilarang dalam Islam. Barokallah Amien.

Sabtu, 18 Mei 24 
10 Zulkaidah 1445
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update