Notification

×

Iklan

Iklan

Percikan Kisah Gerakan Nasionalisme Priyai dan Kiaji

| Mei 20, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-21T04:44:47Z
tegursapanews -  Alkisah ketika kita masih sekolah di SD Negeri 6 tahun pada tahun 1962-1968 di Kalangan Marga Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel. Kita sudah dapat pelajaran sejarah nasional dari guru kelas Tn Aklan, Tn Wawi, Tn Dungtjik, Tn Jahidin, Tn Nawawi dan lainnya, bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 3,5 abad.

Setelah kita kuliah di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) pada 1975-1982. Kita baru tahu bahwa yang dimaksud dengan Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun adalah Pulau Jawa yang disebut dengan istilah al-Jawi di Timur Tengah sebagai Profil Bangsa Indonesia.

Penderitaan masyarakat Jawa selama dikuasai Hindia Belanda luar biasa. Kita pernah baca buku kisah kerja rodi pembuatan jalan sepanjang 1000 km dari Anyer Jawa Barat ke Penarukan Jawa Timur yang disebut Jalan Daendels. Termasuk ribuan orang Jawa yang dikirim ke Suriname sebagai tenaga kerja di perkebunan milik Belanda di Amerika Latin.

Ribuan macam tentang kisah sedih dan pilu penderitaan anggota masyarakat tersebut. Menjadi dasar berpikir warga etnis Jawa yang berpendidikan untuk mengubah nasib rakyat. Dalam hal ini pahlawan nasional Dr. Wahidin Sudirohusodo (1852-1917) memberi motivasi kepada para siswa yang sedang studi di Stopia Batavia untuk mendirikan organisasi pelajar. Organisasi tersebut diberi nama Boedi Oetomo yang berdiri pada Rabu, 20 Mei 1908 di Batavia yang dirintis 9 orang mahasiswa yang dipimpin Dr. Soetomo (1888-1938).

Status organisasi Boedi Oetomo ini yang pada awalnya bergerak dalam bidang pendidikan dan budaya, kemudian bergerak dalam dunia politik. Dalam sejarah tercatat anggota Boedi Oetomo pernah sampai 10.000 orang yang tersebar di pulau Jawa. Kemudian dibubarkan Hindia Belanda pada tahun 1935. Hal ini adalah gerakan Para Priyai Jawa yang disebut sebagai kebangkitan Nasional bangsa Indonesia.

Kemudian pada tahun 1911, sejarah mencatat berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam di Solo yang tetokohnya para ulama dari wilayah Nusantara, seperti HOS Tjokroaminoto (1883 - 1934) dari Madiun Jawa Timur, KH Agoes Salim (1884-1954) dari Koto Gadang Agam Sumatera Barat dan tetokoh Islam lainnya dari Maluku, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya. Pada saat itu jumlah anggotanya mencapai jutaan orang di wilayah Nusantara.

Setelah itu muncul beberapa organisasi Islam lainnya yang menjadi bagian dari gerakan nasionalisme di Bumi Pertiwi antara lain Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1912, Al-Irsyad di Batavia pada 1914,  Persatuan Islam di Bandung pada 1923, Jamiyah Nahdhatul Ulama di Surabaya pada 1926. Anggotanya tersebar di seluruh tanah air Indonesia sampai saat ini.

Eksistensi ormas Islam di Indonesia seperti Muhammadiyah, NU dan lainnya yang dipimpin Para Kiaji (Kiai Haji) se-Nusantara. Mereka itu sangat berperan dalam menjalin persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan semangat nasionalisme. Semangat yang dirintis oleh organisasi Boedi Oetomo (1908) dan Syarikat Dagang Islam (1911) pada awal abad ke 20. Mereka itu adalah Profil Pahlawan Bangsa Indonesia yang berakhlak mulia (Budi Luhur). Barokallah Amien.

Senin, 20 Mei 24 
12 Zulkaidah 1445
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update