Notification

×

Iklan

Iklan

Dukun Bayi Sebagai Pahlawan, Termasuk Perawat Bidan Dan Dokter

| Juni 20, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-20T13:13:56Z
Tegursapanews.com -   Konon pada zaman kolonial Hindia Belanda di Nusantara, ketika para tenaga medis dari Eropa tidak sanggup mengatasi masalah beragam penyakit yang muncul dan berkembang di tengah masyarakat, seperti penyakit malaria, cacar dan lainnya. Lalu Hindia Belanda pada 1851 buka lembaga pendidikan Sekolah Dokter Djawa, kemudian disebut STOVIA di Batavia.

Sejak saat itu lahirlah puluhan dan ratusan orang warga pribumi yang berstatus dokter yang mengabdi di Ziekenhuis (Rumah Sakit). Sebagian mereka tercatat sebagai tokoh politik nasional seperti pendiri gerakan politik Boedi Oetomo di Jakarta pada 1908. Status Rumah Sakit sekarang disebut dengan istilah Rumah Sehat di wilayah DK Jakarta atas prakarsa Tn Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta.

Sebelum ada dokter, bidan dan perawat yang mengabdi di Rumah Sehat dan Puskesmas di era orde baru. Ketika itu warga negara Indonesia  menggunakan jasa Dukun Bayi sebagai tokoh yang ahli dalam kesehatan Ibu dan Anak di tengah masyarakat.

Kita tahu persis, bahwa warga kampung yang lahir di wilayah Marga Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel pada masa awal kemerdekaan hampir semua lahir atas bantuan Dukun Bayi Tradisional di kampung yang jumlah mereka terbatas, salah seorang diantaranya bernama Pn Salaminah yang dipanggil Ibung Maryam oleh karib kerabat di kampung.

Pada saat itu, hampir tidak ada warga negara yang berstatus sebagai Dukun Bayi Tradisional di kampung yang disebut sebagai hartawan atas jasa mereka dalam perawatan kesehatan Ibu dan Anak. Jauh berbeda dengan profesi para Bidan dan Perawat kesehatan pada saat ini yang buka praktek di rumahnya sendiri. Mereka bisa beli mobil Avanza dan Program Safari Ibadah Umrah ke tanah suci Makkah.

Berstatus sebagai tenaga medis seperti dokter spesialis adalah kebanggaan sebagian warga di tengah masyarakat. Profil karib kerabat kita tercatat beberapa orang berstatus sebagai dokter, yaitu suami, istri, anak, menantu dan cucu, hingga disebut Keluarga Dokter. Pada saat ini murid sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) untuk menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Kenamaan ada yang harus bayar ratusan juta rupiah, kecuali jalur prestasi seperti siswa yang hafiz al-Quran.

Pekan lalu kita mendengar info dari karyawan di RSUD Sidoarjo Jawa Timur ketika Bunda Pn Kuniati akan dirawat di kamar paviliun dengan pengawasan langsung dari dokter spesialis Jantung dan Paru. Jasa konsultasi mereka ditetapkan tarif setiap hari Rp 175.000,-. 

Alhamdulillah atas jasa bantuan para medis di Rumah Sehat Sidoarjo Jawa Timur. Pagi ini, kita baru dapat kabar bahwa pasien Pn Kuniati pada hari ini sudah bisa pulang ke rumah sejak beliau dirawat pada Jumat malam 14 Juni 24. Barokallah Amien 

Kamis, 20 Juni 24 
14 Zulhijjah 1445
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update