Notification

×

Iklan

Iklan

Beda Nasib Antara Status Umara, Ulama Dan Umat

| Juli 14, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-14T20:55:35Z
Tegursapanews.com -    Pekan lalu kita keluyuran ke kota Yogyakarta, kita nginap di guest house Tn Ahmad Khudori. Kebetulan beliau baru saja datang dari tanah suci Makkah membimbing 400 orang jamaah haji Indonesia. Waktu kita bertemu beliau di Malang 2 bulan yang lalu beliau membimbing jamaah umroh ramadan.

Kemudian kita keluyuran ke Pacitan Jawa Timur, kita dijemput karib kerabat Tn Budi Kuswanto dan istrinya Pn Rukayah  di SPBU Dengok Ponorogo. Kita nginap di rumahnya yang udaranya terasa dingin yang terletak di atas bukit di desa Tahunan Baru Tegal Ombo Pacitan. 

Pada saat itu kita dengar cerita menarik dari Pn Rukayah sebagai tenaga medis, bahwa beliau ditakdirkan terbang ke tanah suci sebanyak 3 kali dalam status petugas kesehatan jamaah haji. Beliau merasa sangat senang dan bahagia bisa wukuf di Padang Arafah dan dapat uang saku puluhan juta dari Kementerian Agama.

Pada tahun ini terdengar kabar beberapa orang dosen UINSA Surabaya yang berstatus sebagai petugas dalam Safari Manasik Haji yang kita kenal, yaitu Tn Ahmad Muzakki , Tn Aswadi, Tn Syarif Thayib dan Tn Abdullah Sattar. Mereka itu bergelar Doktor dalam status Profesor yang dapat uang saku sampai ratusan juta rupiah.

Mereka yang disebutkan di atas adalah warga negara Indonesia yang berstatus Umara dan Ulama. Mereka itu ketika berangkat ke luar negeri seperti pergi ke tanah suci dan tugas ke pelbagai daerah di tanah air. Mereka itu tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun dari kantong sendiri, justru ketika pulang ke rumah membawa uang saku puluhan juta rupiah.

Berbeda dengan sahabat karib kita yang sudah pensiun seperti Tn Edi Mulyono bersama istri jamaah haji dari Sidoarjo dan Tn Abdul Choliq Zen bersama istri jamaah haji dari Kediri. Mereka ditakdirkan Allah terbang ke tanah suci setelah tunggu selama 12 tahun sejak mereka terdaftar pada tahun 2011 dengan bayar Rp 25 juta dan pelunasan sebanyak Rp 35 juta.

Kemudian ketika kita keluyuran di Blitar, kita bertemu dan ngobrol dengan sahabat karib Tn Basith Ismail dosen FDK UINSA Surabaya. Beliau cerita, ketika terbang ke Keerom Papua dalam acara seminar. Beliau dapat uang saku dari kantor kementerian di Jakarta sebanyak Rp 15 juta.

Hal tersebut berbeda dengan pengalaman kita sebagai umat dan rakyat biasa, ketika terbang ke Lembah Baliem Wamena Jayawijaya Papua Pegunungan, justru kita harus hutang uang kepada teman sejawat sebanyak Rp 10 juta untuk sangu selama dalam status musafir pada awal Desember 2019.

Cerita yang lain dan menarik tentang beda nasib antara status umara, ulama dari umat. Sahabat karib kita Tn Eddy Sumarsono pejabat pusat di Jakarta. Ketika beliau ditugaskan pimpinan ke Amerika Serikat, konon nilai uang saku sehari Rp 8 juta. Ketika pulang ke Jakarta nilai uang saku selama di negari Paman Sam tersebut. Beliau bisa beli 1 unit mobil terbaru di dealer. Barokallah Amien 

Ahad, 14 Juli 24 
08 Muharam 1446
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update