Notification

×

Iklan

Iklan

Bermodalkan Bonek Bertamu Ke Rumah Megawati Soekarnoputri

| Juli 15, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-16T02:52:08Z
Tegursapanews.com -   Status rumah di kampung kampung sebagai alamat tinggal dan tempat beristirahat warga di siang dan malam hari beraneka ragam bentuk, ukuran, model dan lainnya. Profil beraneka ragam macam bentuk rumah tersebut yang pernah kita lihat selama ini, dalam teori ilmu pembangunan dijadikan sebagai standar sosial ekonomi pemiliknya oleh pakar ekonomi.

Alkisah pada masa kecil tahun 1960an, kita sering diajak orang tua berkunjung ke Desa Muara Gula Muara Enim Sumsel untuk acara silaturahmi dengan karib kerabat sepupu ibu kandung. Sampai saat ini kita masih ingat dan tak pernah terlupakan sepanjang hayat, profil rumah sederhana yang pernah kita kunjungi di desa Muara Gula Lama, tempat kita pernah nginap beberapa malam.

Profil rumahnya masih sangat sederhana beratap serdang daun rumbia, tiang rumah dari kayu dan anak tangga untuk naik turun terbuat dari kayu yang bulat. Type rumah panggung tersebut, sebagian berlantai papan kayu dan sebagian bilah bambu anyaman. Kalau mau mandi pagi hari dan sore, kita harus pergi ke Sungai Lematang yang jaraknya lebih kurang 500 meter dari rumah warga dengan berjalan kaki tanpa alas, kita lewat jalan setapak.

Setiap kali pergi ke sungai, kita lihat saat itu warga kampung bawa tempat air minum yang disebut Labu dan sambang.dari bambu. Ketika musim hujan halaman rumah becek seperti sawah ladang sehingga kaki berlumur lumpur. Pada saat itu belum ada sumur di dekat rumah karib kerabat kita tersebut.

Sekarang kita baru faham, bahwa rumah karib kerabat kita itu adalah cerminan dari sosial ekonomi lemah (duafa) yang disebut dalam strategi politik pada saat kampanye pemilu, yaitu warga negara yang berada di bawah garis kemiskinan. Ibu kandung kita berstatus wanita yang buta huruf, tapi bisa menghitung jumlah uang hasil dari usaha penjualan buah pisang Kundur di pasar Kalangan di hari Sabtu.

Kemudian beberapa tahun yang lalu, kita pernah terbang dari Surabaya ke DKI Jakarta. Ketika itu kita nawaitu bertamu ke rumah Mantan Presiden Wanita Pn Megawati Soekarnoputri yang dinikahi al-maghfur Tn Taufiq Kiemas pada 1973 yang melahirkan Ketua DPR RI 2019-2024 Pn Puan Maharani.

Kita tahu leluhur Tn Taufiq Kiemas berada di Desa Tanjung Raman Muara Enim Sumsel. Kampung leluhur Taufiq Kiemas tersebut sekitar 2 km di hulu Desa Muara Gula yang sering kita kunjungi di masa kecil. Info dari warga kampung, bahwa pada zaman Orde Baru Pn Megawati Soekarnoputri pernah berkunjung ke desa tersebut dan bangun makam keramat Puyang Syekh Angkasa Ramatuan di seberang sungai Lematang.

Nah pada saat itu kita tidak boleh masuk ke pintu gerbang oleh tim keamanan yang jaga selama 24 jam. Kita maklum, warga negara yang bisa bertamu ke rumah mewah di Jalan Teuku Umar Jakarta Pusat yang nilainya ratusan miliar rupiah tersebut adalah tetokoh nasional dan mereka yang dapat undangan khusus dari sahibul Bayt. Status kita hanya rakyat jelata dengan modal Bonek datang ke rumah mewah hadiah dari negara kepada mantan presiden di Jalan Teuku Umar Jakarta Pusat.

Dalam hal ini, kita hanya ingin membandingkan antara profil rumah kaum duafa yang sangat sederhana tanpa pagar di perkampungan dan rumah kaum agnia seperti di ibukota Jakarta yang penuh dengan koleksi barang mewah dan karya seni yang berharga miliaran rupiah. Dengan Itu demi keamanan rumah dan isinya harus dipagar berlapis plus sekuriti.

Kita baca di media, selama ini ribuan rumah pejabat negara dan konglomerat di wilayah Nusantara dijaga ekstra ketat aparat keamanan TNI-Polri sepanjang waktu. Sedangkan rumah rakyat jelata di perkampungan dijaga tetangga kiri kanan dengan saling memberi sadakah. Demikian percikan bedanya profil rumah rakyat jelata dan para pejabat teras di Bumi Pertiwi.. Barokallah Amien 

Senin, 15 Juli 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update