Notification

×

Iklan

Iklan

Berpikir Positif! Bagaimana Cara Yang Lebih Memberdayakan?

| Juli 23, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-23T12:49:23Z
Oleh: Yusdi Lastutiyanto, CHt (IACT-USA).,CI*

Tegursapanews.com -  Potensi:  Apakah Anda pernah mendengar istilah Toxic Positivity?

Jika belum pernah mendengar istilah ini, maka catatan ini bisa menambah wawasan Anda, tapi jika sudah, maka ini bisa menguatkan pemahaman Anda.

Definisi sederhana dari Toxic Positivity adalah cara berpikir dan sikap positif yang berlebihan dan tidak realistis, sebab mengabaikan atau menekan emosi negatif. Hal ini sering kali mengarah pada penolakan, menghindari dan menekan perasaan sebenarnya, seperti menumpuk emosi yang bisa menjadi bom waktu.

Dampak dari Toxic Positivity bisa memunculkan emosi yang tidak sehat, bisa juga berpotensi memicu stress, kecemasan bahkan bisa berujung depresi. Jika seseorang cenderung merespon dengan menghindari atau mengabaikan, tentu bisa memunculkan perilaku tidak memberdayakan dan bisa membuat seseorang tersesat dengan pemikirannya sendiri, sebab seakan-akan semuanya baik-baik saja.

Lalu, apa saja kalimat yang sering muncul dalam Toxic Positivity?

- Seseorang yang mengatakan "semuanya baik-baik saja" tanpa mempertimbangkan konteks situasi.
- Menanggapi keluhan dengan "berpikir positif saja" tanpa mendengarkan masalah yang dihadapi.
- Memaksa diri sendiri atau orang lain untuk merasa bahagia ketika sedang mengalami kekecewaan atau kesedihan.

Jika, seseorang cenderung merespon semua situasi seperti ini, bisa jadi dia adalah tipe yang menghindari konflik, walaupun ini sah-sah saja, selama tidak menggangu kesehatan mental dan produktivitas diri.

Dari penjelasan diatas saya mau menjelaskan istilah lain yang dikembangkan para penikmat CBT atau Cognitive Behavior Therapy, pendekatan psikoterapi yang berbasis olah pikir dan perilaku.

Yaitu, Negative thought replacement, suatu pendekatan psikologis yang digunakan untuk menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang lebih positif dan konstruktif. Ini melibatkan pengakuan atas pikiran negatif yang muncul, memahami sumbernya, dan aktif mencari cara untuk merespon dengan lebih memberdayakan dan realistis.

Pendekatan ini sebenarnya banyak di bahas juga dalam kajian NLP atau Neuro Linguistic Programming, pembelajar NLP mengenal istilah Meta Model dan Reframing yang bertujuan mengganti pemikiran negatif dengan hal yang lebih memberdayakan, selain itu ada juga pola bahasa yang disebut dengan _Sleight Of Mouth_ , sebuah pendekatan yang bertujuan menggeser sudut pandang menjadi lebih berdaya.

Menariknya di Indonesia Hypnosis Centre ada kelas NLP dengan branding _Creative - NLP_, jika Anda mengikuti kelas ini Anda akan lebih dalam memahami bagaimana NLP bisa membantu mengatasi pikiran negatif yang sering muncul dalam diri kita.

Kelas Creative - NLP Practitioner ini akan diadakan di Jakarta. Untuk info lanjut mengenai bagaimana kelas ini berjalan bisa hubungi di: 0888 3094 867

Anda tidak perlu terburu-buru untuk mempelajari NLP, tapi jika kesempatan untuk belajar itu ada saat ini, tidak ada salahnya menginvestasikan diri Anda pada kelas ini, karena saya yakin Anda memahami bahwa ilmu pengetahuan adalah penerang dalam kegelapan, dan NLP ini bisa jadi penerang dalam kehidupan Anda sekarang dan seterusnya.

Kita kembali ke Negative thought replacement!

Rupanya dalam Negative thought replacement, kita dilatih untuk mengakui, menerima, memahami dan mengenali keberadaan emosi negatif kita, layaknya manusia seutuhnya, sebab emosi itu adalah anugrah, yang menandakan kita adalah mahluk berpikir.

Lalu, dalam Negative thought replacement, kita diajak mencari cara sehat untuk memahami dan mengelola emosi yang tidak memberdayakan, melakukan refleksi diri dan mencari solusi yang lebih adaptif. Dampaknya adalah seseorang dapat mengembangkan keterampilan koping yang sehat, keseimbangan emosional dan sehat secara mental.

Bagaimana cara melakukan Negative thought replacement ini?

Pertama adalah mengidentifikasi pikiran negatif yang muncul, misalnya "saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar", Anda bisa menggantinya dengan pola kalimat "Saya sudah melakukan hal yang terbaik yang saya bisa, dan jika ada kesalahan, maka saya bisa belajar dari hal ini, sebab ada hikmah yang membuat saya bertumbuh."

Yang kedua adalah, memahami emosi yang muncul dan berdamai dengan emosi itu, Anda bisa berkata pada diri "saya sudah mempersiapkan semuanya dengan baik, terima kasih hai diri ku, kamu telah membantu saya untuk lebih peka, sekarang saya akan melakukan hal terbaik yang saya bisa."

Dan yang ketiga adalah adalah melakukan refleksi diri untuk memahami asal-usul pikiran negatif tersebut dan secara aktif mencari sudut pandang yang lebih memberdayakan, seimbang dan adaptif.

Jika diperhatikan ada sedikit kesamaan antara Toxic Positivity dan Negative thought replacement, yaitu mengubah pemikiran negatif ke positif, hanya saja cara melakukan dan prosesnya yang berbeda.

Semoga dengan informasi ini Anda bisa lebih bijak memaknai pemicu pikiran negatif atau emosi yang tidak memberdayakan, dan menggunakan strategi yang lebih sehat dan konstruktif untuk kesehatan mental Anda.

Semoga bermanfaat dan Terima kasih 

Editor: Abdul Chalim

*Instructor NLP Lisensi  IHC

N L P

I H C
×
Berita Terbaru Update