Sebuah Catatan dari Praktek Hipnoterapi
_'Flexibility is a requirement for survival."_
~ Roger von Oech
Tegursapanews.com - Potensi: Suatu hari saya berkesempatan untuk praktek hipnoterapi kepada seorang perempuan berusia tiga puluh enam tahun di Jakarta, dia bernama Arini.
Dalam tahap konsultasi awal Arini bercerita tentang keadaan dirinya, dia menceritakan bahwa diusia tiga puluh enam tahun karirnya cukup sukses tapi kesulitan mempertahankan hubungan cintanya ketahap serius, berulang kali memiliki pacar tapi tidak pernah melaju ke jenjang pernikahan, dikatakan oleh seperti ada yang mengganjal pada dirinya ketika sang pacar berbicara tentang pernikahan, dan jika itu terjadi, dia selalu minta putus dengan sang pacar.
Dari cerita Arini melalui telpon, saya melakukan edukasi tentang bagaimana hipnosis bekerja dan mengatakan bahwa hipnoterapi bisa membantunya jika dia mau bekerja sama dengan saya sebagai klien dan hipnoterapis, Arini pun menyetujuinya.
Setelah Arini mengisi konsen form dan melakukan _Down Payment_, saya dan Arini bertemu di Kantor Lembaga Sertifikasi Profesi Kompeten Hipnotis Indonesia di Cikini Jakarta Pusat untuk proses terapi tatap muka.
Penggalian masalah saya lakukan dengan pendekatan _Life Line Analysis_ yaitu mencari skema berpikir yang alami oleh Arini. Dia bercerita bahwa sejak kecil, dirinya selalu melihat ibunya menderita karena perilaku kasar ayahnya. Setiap malam, suara piring pecah dan teriakan sang ayah menggema di telinganya, sementara tangisan ibunya menjadi nyanyian pengantar tidur yang menyakitkan baginya. Setiap detik ketakutan dan penderitaan itu terpatri dalam benaknya, membuatnya berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu membahagiakan sang ibu dan melindunginya dari segala bentuk penderitaan, dan rupanya itu terjadi ketika usia sepuluh sampai awal masa dewasa.
Ketika Arini tumbuh dewasa, janji itu tetap terpatri kuat dalam hatinya. Ia bekerja keras, mengabdikan seluruh waktunya untuk karir dan ibunya. Arini menolak setiap cinta yang datang, karena takut jika ia menjalin hubungan, ibunya akan kembali terluka atau merasa ditinggalkan.
Beberapa kali pria mapan dan tampan dekat denga Arini, namun semuanya kandas ditengah jalan ketika sang pria mengajak menikah. Skema berpikir ini membuatnya terjebak dalam siklus yang sama setelah putus dari pacarnya, merasa kesepian karena cinta pada ibu dan pekerjaannya. Dari cerita yang diceritakan Arini dia menyadari bahwa selama ini, kecintaan pada ibunya ternyata yang selama mengganjal dalam tema percintaannya.
Dari cerita dan proses pendalaman ini saya melakukan beberapa teknik terapi yang saya pelajari di kelas Advanced Hypnotherapy Indonesian Hypnosis Centre, seperti regresi usia, visualisasi, terapi pemaafan pada ayah, terapi Gestalt, Parts Therapy dan Anchoring.
Saya ajak Arini menjelajahi masa lalunya dan berkunjung ke masa depannya. Arini saya minta untuk melihat dirinya sebagai seorang anak kecil yang memeluk ibunya dengan penuh kasih. Saya minta dia untuk merasakan kehangatan pelukan itu, mendengar suara lembut ibunya, dan melihat senyuman di wajah sang ibu, setelah merasa cukup berinteraksi dengan jiwa kecilnya, saya ajak Arini untuk berkunjung ke masa depan, saya minta dia membayangkan impiannya terwujud dalam tema percintaan.
Dengan izin Arini saya memandu imajinasinya untuk memprogram ulang pikiran bawah sadarnya. Sugesti yang saya katakan kepada Arini bahwa masa lalu tidak harus menentukan masa depannya. Bahwa ia layak untuk bahagia dan mencintai. Saya juga berikan kalimat sugesti agar dirinya membangun keterampilan adaptasi dan fleksibilitas, dan meminta Arini untuk membayangkan berbagai skenario kehidupan dan bagaimana ia bisa menyesuaikan diri dengan situasi tersebut.
Setelah sesi terapi, Arini bercerita melalui text WA bahwa dia sudah berbicara dengan ibunya tentang perasaannya. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkan ketakutannya dan keinginannya untuk menemukan kebahagiaan pribadi. Arini bercerita dia berkata pada ibunya dia ingin bahagia, dia ingin mencintai dan dicintai.
Lalu Arini bercerita bahwa Ibunya, yang selama ini merasa bersalah karena beban yang ditanggung Arini, menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ibunya berkata "Arini, kebahagiaanmu adalah hal terpenting bagiku. Aku ingin kamu bahagia. Jangan biarkan masa lalu kita menghentikanmu untuk menemukan cinta."
Dengan dukungan ibunya, Arini mulai membuka hati untuk cinta. Ia bertemu dengan seorang pria yang pengertian dan penuh kasih. Hubungan mereka berjalan dengan baik, karena Arini saat ini memiliki keterampilan adaptasi dan fleksibilitas yang ia pelajari dari hipnoterapi. Ia menyadari bahwa apa yang bekerja dalam satu situasi mungkin tidak bekerja dalam situasi lain, dan bahwa ada kemungkinan lain yang bisa dijelajahi.
Arini juga mulai meluangkan waktu untuk merawat dirinya sendiri, beristirahat, dan menikmati hidup. Ia menyadari bahwa merawat dirinya sendiri adalah bagian penting dari merawat orang lain, termasuk ibunya.
Akhirnya, Arini menemukan kebahagiaan yang sejati, baik dalam hubungannya dengan sang ibu maupun dengan pasangannya. Ia belajar bahwa cinta tidak harus berarti pengorbanan yang menyakitkan, tetapi bisa menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan. Arini mengajarkan kepada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya bahwa fleksibilitas dan waktu untuk diri sendiri adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang penuh kasih dan kebahagiaan.
Dari kisah Arini kita bisa belajar, bahwa pentingnya fleksibilitas diri dan berdamai dengan diri sendiri.
Semoga bermanfaat dan Terima kasih
Jakarta, 30 July 2024
- Jika ada nama dan kisah yang sama dalam cerita ini, itu hanya kebetulan sebagai bahan pembelajaran.
* Introctur NLP Lisensi IHC