Oleh: Yusdi Lastutiyanto.,CHt (IACT-USA).,CI*
_"Kita tidak bisa mengubah apa pun kecuali kita menerimanya. Penghukuman tidak membebaskan, melainkan menekan."_
- Carl Gustav Jung
Tegursapanews.com - Potensi: Sering kali calon klien sering datang kepada hipnoterapis karena mereka tidak bisa menerima bahwa beberapa hal dalam hidup tidak bisa diubah, misalnya, ‘seandainya saya tidak mengalami masa kecil yang buruk’’, "seandainya pasangan saya berbeda"; "Seandainya hal ini tidak terjadi pada saya, mereka berharap hipnoterapi bisa mengubah orang lain dengan cepat.
Faktanya saat kita ingin mengendalikan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, kita menyiapkan diri untuk kecewa dan sakit hati. Ilusi bahwa kita bisa mengendalikan yang tidak bisa dikendalikan adalah penyebab ketidakbahagiaan dan mengarah pada konsekuensi yang bermasalah. Oleh karena itu, seni menerima bukan hanya diperlukan untuk kelangsungan emosional kita, tetapi juga diinginkan untuk kebahagiaan kita.
Meskipun kita mungkin tidak bisa mengubah apa yang terjadi, kita bisa memilih respon bagaimana melihatnya dan penerimaan adalah salah satu pilihan. Bagi seseorang yang berjuang untuk mengendalikan yang tidak bisa dikendalikan, penerimaan adalah sebuah perubahan. Ketika hidup tidak berjalan dengan baik, kita perlu mengakui apa yang tidak bisa kita ubah dan mengubah respon diri. Hal ini adalah tujuan penting dari terapi, bahkan kata Carl Gustav Jung, jika seseorang tidak bisa menerima sesuatu maka dia kesulitan mengubahnya.
Berikut adalah tentang menerima siapa diri kita, apa yang kita miliki, apa yang dibawa oleh hidup kita, dan apa yang tidak bisa diubah.
Kisah Siska dengan Gaya Hidupnya
Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang wanita bernama Siska. Sejak masa remajanya, Siska selalu merasa kurang diakui oleh lingkungan sekitarnya. Ia merasa tidak mendapatkan validasi yang cukup dari keluarga dan teman-temannya. Rasa rendah diri ini tumbuh seiring berjalannya waktu, mendorongnya untuk mencari pengakuan dari luar.
Saat dewasa siska dengan wajahnya yang menarik berhasil mendapatkan suami kaya yang bisa memenuhi kebutuhan financialnya, bahkan sang suami adalah pebisnis sukses dikota besar. Dalam perjalanannya mereka berhasil membangun bisnis jaringan yang kuat. Namun, pada satu ketika dunia berubah, bisnis jaringan mengalami kemunduran, tidak ada lagi orang yang berminat masuk ke bisnis itu, bahkan isu yang berkembang saat itu, bisnis jaringan di anggap fiktif dan tidak menjanjikan. Rupanya hal ini membuat sang suami bangkrut dan kehilangan motivasi untuk bekerja, keadaan berubah Siska menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi kebutuhan anak dan suami.
Karena keaadaan yang berubah ini dan Siska tidak punya keterampilan lain, dia mulai meminjam uang dari teman, tetangga, dan bahkan kenalan jauh, dengan alasan yang beragam. Uang yang ia pinjam digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya, bahkan digunakan juga mengikuti berbagai kegiatan sosial dan acara bergengsi yang membuatnya merasa diterima dan diakui.
Namun, kebiasaan ini perlahan-lahan berubah menjadi masalah serius. Siska tidak hanya meminjam uang, tetapi juga mulai menawarkan program kerja sama fiktif yang membuat banyak orang tertipu. Ia menjanjikan investasi dengan keuntungan besar, tetapi kenyataannya uang tersebut hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirugikan dan marah.
Merasa terjebak dalam lingkaran setan, Siska akhirnya memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Ia mendatangi seorang hipnoterapis yang dianggap mampu menangani masalah emosional yang kompleks. Saat sesi terapi dimulai, Siska menceritakan semua masalahnya. Ia mengakui bahwa terkadang ia tidak bisa mengontrol dorongan emosional untuk meminjam uang dan mencari pengakuan.
Hipnoterapis tersebut, dengan tenang dan penuh empati, mulai memandu Siska untuk mengenali sisi gelap dirinya. Melalui teknik hipnoterapi, Siska dibimbing untuk mengingat kapan pertama kali kebiasaan ini muncul. Ia diajak untuk menyelami masa lalunya, menggali ingatan-ingatan yang mungkin menjadi pemicu perilaku tersebut. Dalam perjalanan ini, Siska menemukan bahwa rasa kurang diakui dan tidak validasi yang ia rasakan sejak kecil adalah akar dari masalahnya.
Proses terapi membantu Siska untuk mulai menerima hidup seadanya. Ia belajar bahwa tidak semua orang akan memberikan validasi yang ia cari, dan itu tidak apa-apa. Siska juga diajarkan untuk mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan menikmati apa yang ia miliki saat ini. Ia mulai memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari pengakuan orang lain, tetapi dari penerimaan diri sendiri.
Setelah beberapa sesi terapi, perubahan signifikan mulai terlihat pada diri Siska. Ia menjadi lebih mampu menerima dirinya sendiri. Siska belajar mengenali dan menghargai usaha maksimal yang telah ia lakukan dalam hidupnya. Dorongan untuk meminjam uang perlahan-lahan berkurang. Ia mulai bisa mengontrol emosinya dan menemukan cara-cara baru untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya yang sehat dan positif.
Meskipun keberadaannya kini tidak lagi diketahui oleh publik, mungkin saat ini Siska merasa lebih bahagia dan damai. Ia tidak lagi merasa perlu mengejar validasi eksternal. Siska belajar meluangkan waktu untuk menikmati hal-hal kecil dalam hidup, seperti berjalan-jalan di taman, membaca buku, atau sekadar menikmati secangkir teh di sore hari. Ia merasa puas dengan kesenangan sederhana yang sebelumnya tidak pernah ia hargai.
Dengan kesadaran baru ini, Siska mampu menjalani hidup dengan lebih bijak dan tenang. Ia menemukan kebahagiaan sejati dalam penerimaan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri dan apa yang dimilikinya. Hidupnya menjadi lebih seimbang, tanpa beban rasa bersalah atau ketakutan akan penghakiman dari orang lain. Siska kini menjalani hari-harinya dengan rasa syukur dan kedamaian, sesuatu yang dulu ia pikir tidak mungkin dicapai tanpa pengakuan dari luar.
Kisah Siska adalah contoh nyata bagaimana penerimaan diri dan belajar menghargai apa yang dimiliki dapat membawa perubahan positif dalam hidup seseorang. Dari seorang wanita yang terjebak dalam kebiasaan meminjam uang untuk mencari validasi, ia berubah menjadi seseorang yang mandiri secara emosional dan bahagia dengan apa yang diberikan hidup.
Dari kisah Siska kita bisa belajar bahwa menerima diri sendiri adalah langkah awal dari perubahan, dan dengan mengubah respon terhadap masa lalu bisa menjadikan diri menerima kenyataaan dan melangkah kedepan.
Semoga bermanfaat dan Terima kasih
Editor: Abdul Chalim
Jakarta, 26 Juli 2024
*Instructor NLP Lisensi IHC
Catatan
- Kesamaan kisah dan tokoh hanya pelengkap dari ide tentang diri sendiri, bukan bermaksud menyerang seseorang.