Notification

×

Iklan

Iklan

Status Pesawat Terbang Alat Transportasi Warga Yang Paling Aman

| Juli 30, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-31T04:17:05Z
Tegursapanews.com -  Naik pesawat terbang bagi warga negara di Bumi Cenderawasih sesuatu yang biasa saja seperti warga negara di Bumi Sriwijaya naik taksi angkutan antar kota. Mereka sejak bayi dan anak anak ketika keluar kota sudah naik pesawat terbang. Dengan Itu terkenal bahwa bandara yang terbanyak di Tanah Papua.

Berbeda dengan pengalaman kita, terbang yang pertama kali naik pesawat Garuda dari Bandara Talang Betoetoe Palembang Sumsel ke Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur pada 1980, setelah usia likuran tahun atas sponsor sahabat karib Pn Herawati yang berstatus guru SDN Gedung Agung Merapi Lahat Sumsel. Pada saat ini nama Bandara di Palembang Sultan Mahmud Badaruddin 2 sebagai ganti Bandara Talang Betoetoe.

Kita pernah membaca dan mendengar fatwa dari sahabat karib tentang kendaraan yang paling aman ditumpangi pada saat bepergian ke luar kota yang agak jauh, yaitu gunakan pesawat terbang. Jika terjadi musibah dalam penerbangan, asuransi kecelakaan pesawat terbang senilai Rp 1,5 miliar.

Terhitung sejak pengalaman pertama kita naik pesawat terbang pada tahun 1980 sampai sekarang. Kita pernah take-off (tinggal landas) dan landing (mendarat) di beberapa Bandara di di wilayah Nusantara. Pengalaman terakhir kita terbang dari Bandara Fatmawati Bengkulu ke Bandara Juanda Sidoarjo, transit di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Banten pada awal Juli 2023.

Demikian pula ketika kita terbang dari Bandara Juanda Sidoarjo Jawa Timur ke Bandara Sultan Iskandar muda Banda Aceh. Kita transit di Bandara Hang Nadim Batam dan Bandara Kualanamu Medan Sumatra Utara. Pada saat kita terbang dari Bandara Juanda ke Bandara El-Tari Kupang NTT transit di Bandara internasional Ngurah Rai Denpasar Bali.

Pada saat kita kembali dari Safari di Merauke Papua Selatan ke Surabaya. Kita terbang dari Bandara Mopah Merauke, transit di Bandara Sentani Jayapura dan Bandara Mozes Bilangin di Timika Papua Tengah. Ketika kita kembali dari Manokwari Papua Barat ke Surabaya, kita terbang dari Bandara Rendani Manokwari Papua Barat transit di Bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan. Sebelumnya kita mendarat dan lepas landas di Bandara Domine Edward Osok Sorong Papua Barat Daya dan Bandara Wamena di Jayawijaya Papua Pegunungan.

Selama ini kita pernah mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi, Bandara Raden Intan II Bandar Lampung, Bandara Sultan Syarif Kasim Pekan Baru Riau, Bandara Minangkabau Padang, Bandara Depati Amir Pangkal Pinang Bangka, Bandara Hanandjoeddin Tanjung Pandan Belitung, Bandara Pattimura Ambon Maluku, Bandara Sultan Babullah Ternate Maluku Utara, Bandara Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara.

Selain itu kita juga pernah mendarat di Bandara Aji Pangeran Pranoto Samarinda dan tinggal landas di Bandara Sultan Aji Sulaiman Sepinggan Balikpapan di Kalimantan Timur. Juga pernah mendarat dan tinggal landas di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin Kalimantan Selatan, Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan Bandara H Asan Sampit di Kalimantan Tengah termasuk Bandara Supadio Pontianak di Kalimantan Barat.

Sedangkan di Pulau Jawa kita juga pernah mendarat di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta dan Bandara Husein Sastranegara di Bandung Jawa Barat. Ketika terbang ke Lombok kita mendarat dan tinggal landas di Bandara Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid di Praya Lombok Tengah. 

Atas dasar pengalaman kita pernah terbang ribuan kilometer di Bumi Pertiwi tersebut dan terbang sampai ke tanah suci Makkah Arab Saudi selama 10 jam di ruang angkasa dengan ketinggian 40.000 kaki atau 12 kilometer di atas permukaan laut. 

Hikmahnya bagi setiap umat beragama sangat terasa betapa kecilnya status umat manusia di alam jagat raya ini ketika sedang berada di dalam pesawat terbang. Jika pesawat terbang jatuh di tengah laut, maka tidak ada harapan untuk hidup lagi di muka bumi. Allahu Akbar.

Selasa, 30 Juli 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update