Tegursapanews.com - Kemarin kita dapat postingan video via WA dari karib kerabat tentang percikan kisah status perbandingan tukang sampah di Mancanegara dan Nusantara. Tukang sampah di luar negeri mendapatkan upah yang layak, karena mereka dinilai orang penting di tengah masyarakat.
Kita pernah tawaf di Singapura, menyaksikan langsung tentang kebersihan kota yang rapih atas jasa ribuan tukang sampah yang siaga di sepanjang jalan raya. Selain dari warganya yang disiplin dalam menjaga kebersihan kota Singapura dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat.
Ketika berada di Singapura, kita ingat warga kampung di Simpang Agung Merapi Timur Lahat Sumsel. Ketika mandi pagi dan sore hari, mereka itu membawa sampah dari rumah dibuang ke aliran Sungai Gegas dan Sungai Lematang pada tahun 1950an. Selain itu sampah dibuang mereka di pinggir kampung, karena tidak ada warga yang berstatus sebagai tukang Sampah seperti budaya di Singapura dan di ibukota.
Alkisah pada tahun 2013, ketika kita naik Jabal Nur mengunjungi Gua Ghira lokasi Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Kita melihat tumpukan sampah yang tercecer di sepanjang jalur pendakian. Ketika itu kita sempat membakar tumpukan sampah yang dibuang ribuan pengunjung Gua Ghira di Makkah, karena tidak ada petugas tukang sampah disana.
Kita berulang kali menyampaikan kepada warga kampung Tentang eksistensi tukang sampah yang setiap hari membuang sampah di RW 06 Perum Manggalarang. Dalam status ketua RT 21, kita pernah sampaikan bahwa status Tukang Sampah di kampung kita lebih penting dari Bupati Sidoarjo. Atas dasar pikiran tersebut, kita berkewajiban memberikan upah yang laik atas jasa tukang sampah.
Dalam pikiran kita tergores tentang dosa massal warga kampung yang kurang peduli terhadap profesi tukang sampah yang dibayar Rp 1.500 setiap bulan, yang berarti Rp 50.000 rerata setiap hari. Status tukang sampah itu bukan sampah masyarakat, sekalipun mereka termasuk kelompok kaum duafa.
Kemarin kita mendapatkan informasi dari sahabat Tn Edi Mulyono yang menemukan seekor ular piton sepanjang 4 meter yang bersembunyi di tumpukan sampah dekat rumahnya di jalan Gatot Soebroto Larangan Sidoarjo. Ular tersebut adalah pemangsa tikus yang berada di tumpukan sampah selama sekian tahun. Keberadaan Ular di kampung pasti berbahaya bagi warga di sekitarnya.
Rabu, 24 Juli 24
Sabdasheh
Editor: Abdul Chalim
Oleh: Sheh Sulhawi Rubbah