Tegursapanews.com - Pemimpin Militer: Syekh Mahfudh Abdurrahman risau dengan hal ini. Ia mengomando lebih dari 10.000 ribu pasukan dan sekitar 30 000 massa tambahan yang menguatkan barisan laskar.
Kiai Mahfudh ingin agar pasukannya dapat diakomodir oleh kebijakan negara, mengingat jasa penting dan kegigihan melawan penjajah pada masa kemerdekaan.
Pasukan Angkatan Oemat Islam (AOI) merasa tidak di perhatikan oleh pemerintah. Mereka memang sebagian besar dari kalangan santri dan petani, yang tidak memiliki akses pendidikan formal.
Padahal, ketika pasukan NICA menyerbu berbagai kawasan di jawa Tengah, pasukan AOI dengan gigih melawan penjajah.
Sebagai ketua PPRK (Panitia Pertahanan Rakyat Kebumen) yang berkedudukan di bawah bupati kebumen, Kiai Mahfudh menggerakkan pasukannya di garda depan menghadapi NICA.
Pasukan AOI menjaga garis demarkasi sungai kemit, Gombong Timur.
Ketika menjaga demarkasi barat Yogyakarta ketika menjadi ibu kota RI Kiai Mahfudh sempat was-was karena Demarkasi Timur, di kawasan Madiun terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR) Pimpinan Amir Syarifuddin.
Tentu saja pristiwa Madiun Pada 1948 menguras energi laskar, tentara dan rakyat. Kiai Mahfudh mersa bahwa NICA akan memanfaatkan situasi ini dengan menjebol demarkasi sungai Kemit dan menyerbu Yogyakarta agar RI jatuh ke tangan Belanda.
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya, Selasa - 27 -Agustus - 2024
Abdul Chalim CEO Tegursapanews.com Sponsorship universal Institute of Professional Management (UIPM)
For further information call me: 0818 536 867