Tegursapanews.com - Jazirah Arab terkenal dengan sebutan Padang Sahara yang kering dan gersang kerontang, karena tidak ada sungai yang mengalir dari pegunungan seperti di Nusantara. Tanaman yang tumbuh subur yaitu pohon Kurma yang tahan terhadap panasnya sinar Matahari.
Berbeda dengan daratan China yang subur sehingga terkenal dengan berbagai macam tanaman, seperti Padi, Semangka, buah Naga dan lain sebagainya. Di daratan China terdapat sungai Yangtze yang besar sepanjang 6.300 km yang mengalir dari pegunungan sampai ke laut China. Dengan itu jutaan warga RRT yang berstatus sebagai petani.
Dalam sejarah tercatat pada masa kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Ratusan orang dari daratan China yang pernah berlabuh di pelabuhan Bom Baru melewati alur Sungai Musi. Salah satu monumen yang bersejarah dibangun Pagoda tempat ibadah umat agama Budha di pulau Kemarau yang mengandung cerita tentang perkawinan Putri Raja Sriwijaya dengan pedagang dari China.
Selain kisah cinta tersebut, lahirnya Raden Fatah Sultan Kerajaan Islam Demak Jawa Tengah. Beliau putra Raja Majapahit yang dilahirkan perempuan asal daratan China di Palembang. Hal tersebut menunjukkan fakta sejarah bahwa etnis Tionghoa di Indonesia bukan pendatang baru.
Selama ini dikenal masyarakat istilah China Bangka Belitung, China kepulauan Riau, China Medan, China Singkawang, China Pontianak temasuk China Jakarta dan Surabaya. Sebutan nama ACEH konon singkatan dari warganya yang disebut Etnis Arab, China, Eropa dan Hindia.
Demikian pula kedatangan orang Arab ke Tanah Rencong Aceh, mereka adalah para pedagang lintas benua dari Yaman sampai ke Hongkong. Ketika musim ombak besar di laut, para pedagang Arab istirahat di Aceh. Ketika mereka beristirahat tertarik dengan kecantikan perempuan penduduk asli, sehingga mereka nikah dan punya keturunan. Itulah awal kisah berdirinya kerajaan Islam di wilayah Aceh.
Selama ini kita kenal beberapa orang warga negara Indonesia yang disebut Etnis Keturunan Arab dan Tionghoa, seperti tetangga kita di Manggalarang Tn Hendra yang lahir di Singkawang Kalimantan Barat. Selain itu Tn Tedjo Kuntjoro yang pernah menjabat ketua RW 06 Desa Larangan Candi Sidoarjo Jawa Timur. Beliau pedagang Jamu Cap Jago di Jalan Majapahit Sidoarjo.
Selain bertetangga dengan etnis keturunan Tionghoa. Banyak tetangga kita dari etnis Keturunan Arab, seperti Tn Fauzi yang lama tinggal di negeri kincir angin Belanda, Tn Abdul Rasyid yang lahir di Pasuruan, Tn Salim yang pernah berstatus TKI di Makkah dan nama yang lainnya. Etnis keturunan Arab semua berstatus muslim, sedangkan etnis keturunan Tionghoa sebagian besar beragama Kristen dan Budha.
Kemudian warga negara etnis keturunan Tionghoa yang beragama Islam bergabung dalam organisasi PITI (Persatuan Iman Tauhid Islam). Mereka menjadi pelopor berdirinya puluhan Masjid Cheng Hoo di Nusantara seperti yang pernah kita kunjungi bersama Tn Syarifuddin Sjingkur di Jakabaring Plaju Palembang pada awal Januari 2022.
Sedangkan etnis keturunan Arab di Indonesia, mereka mendirikan ormas Al-Irsyad pada 1914. Pada saat ini tetokoh mereka itu di tengah masyarakat sering dipanggil Habaib sebagai simbol tetesan darah Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Yaman.
Selama ini, kita tidak pernah mendengar kabar tentang etnis keturunan Arab yang berstatus sebagai petani. Berbeda dengan status etnis keturunan Tionghoa, mereka banyak yang disebut petani, selain profesi pedagang dan pengusaha kelas kakap yang dijuluki dengan istilah kelompok 9 Naga yang termasuk group sponsor pembangunan IKN Nusantara di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Barokallah Amien.
Senin, 05 Agustus 24
Sabdasheh
Editor: Abdul Chalim
Oleh: Sheh Sulawesi Rubba