Oleh: Yusdi Lastutiyanto*
_"Merawat diri sendiri adalah cara Anda mengambil kembali kekuatan Anda."_
—Lalah Delia
Tegursapanews.Com - Menemukan diri: Maya duduk di meja kerjanya yang terletak di sudut apartemen kecilnya di Jakarta. Matahari pagi mengintip melalui jendela, menyinari tumpukan kertas dan alat tulis yang berserakan.
Tangannya memegang pena, tetapi pikirannya kosong. Setiap kali dia mencoba menulis, otaknya terasa seperti tersumbat oleh kabut tebal. Kebuntuan berpikir ini bukanlah hal baru bagi Maya, sudah berbulan-bulan dia merasakannya. Rasanya seperti berlari di tempat, tidak pernah benar-benar maju, tidak pernah benar-benar berhasil.
Sejak kecil, Maya selalu bergantung pada orang tuanya untuk setiap keputusan. Mereka selalu hadir dengan solusi yang siap pakai untuk setiap masalahnya. Kini, sebagai wanita dewasa yang tinggal jauh dari mereka, Maya merasa hampa. Setiap kali masalah datang, entah itu pekerjaan atau hubungan, dia merasa tidak ada yang bisa membantunya. Dia merasa lemah, tidak berdaya, seperti perahu kecil yang terombang-ambing di lautan tanpa arah.
Maya sering mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi orang lain. Setiap hari dia tenggelam dalam pekerjaan yang tidak dia sukai, hanya karena itu yang diharapkan dari dirinya. Dia selalu mengutamakan kebutuhan orang lain, teman, rekan kerja, bahkan orang asing, tanpa memikirkan dirinya sendiri. Hasilnya, Maya merasa kehilangan arah, seolah-olah hidupnya tak lagi punya tujuan.
Suatu hari, saat duduk di bangku taman yang sepi, Maya merasakan sesuatu yang berbeda. Taman itu, yang biasa ia kunjungi sekadar untuk melepaskan penat, kali ini suasana itu menawarkan keheningan yang menenangkan. Suara kicauan burung dan desiran angin di antara pepohonan membuat Maya sadar bahwa dia sudah terlalu lama mengabaikan dirinya sendiri. Dia membutuhkan waktu untuk merawat dirinya, bukan hanya fisik, tetapi juga jiwa.
Maya mulai menjadwalkan waktu untuk dirinya sendiri. Setiap pagi, sebelum berangkat kerja, dia duduk di depan cermin, berbicara kepada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan bahwa dirinya penting. Dia mulai menggambar lagi, sesuatu yang dulu dia cintai tapi telah lama ditinggalkan. Setiap coretan di kertas putih itu seperti aliran energi baru yang mengalir ke dalam dirinya, mengisi kekosongan yang selama ini dia rasakan.
Namun, dia tahu bahwa perawatan diri saja tidak cukup. Maya perlu berubah. Dia mulai mencari bantuan profesional, seorang hipnoterapis menjadi pilihan untuk dirinya untuk bercerita tentang pikiran dan perasaannya. Dalam setiap sesi terapi, Maya menemukan potongan-potongan dirinya yang hilang. Dia belajar bagaimana mengelola stres, mengakui emosi, dan, yang paling penting, menghargai dirinya sendiri.
Perubahan besar datang ketika Maya mulai menetapkan batasan yang sehat dengan orang lain. Dia belajar untuk mengatakan tidak, sesuatu yang selama ini sulit dia lakukan. Maya juga mulai menulis jurnal setiap malam, mencatat setiap kemajuan, setiap perasaan. Jurnal itu menjadi cermin perjalanannya, menunjukkan betapa jauhnya dia telah melangkah.
Dengan dukungan dari hipnoterapis dan seorang mentor yang menginspirasinya, Maya mulai menemukan arah baru dalam hidupnya. Dia menemukan bahwa menulis bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga sebuah panggilan. Maya memutuskan untuk mengejar karier di bidang penulisan bahkan juga belajar tentang kesehatan mental dan pemberdayaan diri, sesuatu yang benar-benar membuat hatinya berdebar-debar. Ini adalah tujuan baru yang memberinya semangat hidup yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Hari-hari Maya tidak lagi monoton. Setiap pagi, ketika dia duduk di mejanya, sinar matahari pagi yang sama terasa berbeda. Cahaya itu bukan lagi pengingat dari hari yang berulang, tetapi simbol dari awal yang baru. Maya merasa lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang datang.
Kini, Maya tidak lagi merasa terjebak dalam hidupnya. Dia telah belajar untuk merawat dirinya sendiri, menemukan apa yang benar-benar penting, dan mengembangkan strategi pemberdayaan diri yang membuatnya merasa lebih berdaya. Dia tahu bahwa hidupnya masih penuh tantangan, tetapi dia juga tahu bahwa dirinya lebih kuat dari yang dia pikirkan. Dan yang paling penting, Maya tahu bahwa perubahan positif dalam hidupnya adalah mungkin, selama dia berani untuk memulai.
Dari cerita Maya kita bisa belajar bahwa menyayangi diri sendiri itu penting, membuat batasan diri, melatih kebiasaan baru dan mengubah sudut pandang tentang kehidupan bisa membawa perubahan. Kisah Maya bisa terjadi pada siapa saja, pengalaman tumbuh kembang membentuk bagaimana kita saat ini, dengan menyadari bahwa kita adalah produk pengasuhan dan lingkungan, kita bisa mengatakan pada diri, bahwa saya tidak terlahir menjadi manusia lemah ada banyak cara yang bisa dilakukan sebagai solusi.
Semoga bermanfaat dan Terima
*Instruktur NLP Lisensi IHC
Jakarta, 31 Agustus 2024