Notification

×

Iklan

Iklan

Percikan Kisah 70 Tahun Hidup Di Bumi Pertiwi Indonesia

| Agustus 04, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-04T10:59:53Z
Tegursapanews.com - Tujuh Puluh Tahun:  Bulan lalu kita dengar sahabat karib Tn Syafiq A Mughni berstatus pensiun dari guru besar di kampus UINSA Surabaya, atas dasar usianya sudah sampai 70 tahun. Dalam hal ini untuk merayakan usianya tersebut, terbit sebuah buku berjudul "Cendekiawan Melintas Batas 70 Tahun Perjalanan Syafiq Mughni".

Puluhan buku tentang sejarah hidup tokoh nasional yang ditulis dengan judul 70 Tahun, antara lain HM Rasjidi Menteri Agama RI yang pertama, Mohammad Natsir Perdana Menteri dari Partai Masyumi, Buya Hamka Ketua Umum MUI yang pertama, Mohammad Roem Menteri luar negeri dan sederet nama tokoh yang lain.

Muncul sebuah pertanyaan di dalam hati. Kenapa terbit buku yang tertulis angka 70 Tahun terhadap sejumlah tokoh nasional ?
Apakah angka tujuh itu terkait dengan isi kandungan kitab suci al-Quran, seperti nama 7 hari dalam setahun, 7 lapis langit dan bumi, 7 tingkat surga dan neraka, 7 kali tawaf di Kakbah dan hitungan angka 7 lainnya.

Pertanyaan berikutnya 
Apakah buku yang berjudul angka 70 Tahun boleh ditulis dan diterbitkan buat warga negara di kalangan masyarakat bawah seperti kita yang tanpa status sosial. Dalam hal ini, kita nawaitu untuk menerbitkan buku yang berjudul *Kisah Hidup 70 Tahun Di Bumi Pertiwi".

Buku tersebut berisi tentang percikan kisah perjalanan hidup dari dusun Simpang Agung Merapi Timur Lahat Sumatra Selatan sampai ke kampung Manggalarang Candi Sidoarjo Jawa Timur dari tahun 1955 sampai 2024. Tidak ada yang istimewa selain sebuah ide tentang sebuah rumusan Pancasila Islam sebagai reformulasi Rukun Islam yang telah dirumuskan ulama sekian abad yang lalu.

Rumusan Pancasila Islam yang dimaksud yaitu 1. SyA-hadat, 2. SA-lat, 3. SA-dakah, 4. SA-fari dan 5. SiyAm atau Pua-SA. Supaya mudah diingat oleh anggota masyarakat dirumuskan dalam kalimat SISALIM (Lima Sila Sa). Hal ini sebagai pedoman bagi umat Islam Indonesia pada hari ini dan masa yang akan datang.

Munculnya pikiran tersebut terkait dengan fakta sosial tentang begitu panjangnya daftar tunggu umat Islam berangkat ke tanah suci dan lamanya waktu bisa tawaf di Kakbah. Kita memberikan saran kepada umat Islam yang sudah berusia di atas 40 tahun, lebih baik mereka daftar Program Safari Ibadah Umrah dari pada mereka daftar Safari Manasik Haji, seperti kasus di Sulawesi Selatan daftar tunggu sudah 44 tahun.

Dalam kajian ilmu dakwah, status Safari Manasik Haji dan Ibadah Umrah termasuk dalam metode dakwah bial-Rihlah. Kita pernah membagi ragam bentuk metode dakwah Islam di tengah masyarakat dengan istilah dakwah bial-nikah, dakwah bial-taubah, dakwah bil-yad, dakwah bial-siyasah, dakwah bial-khithobah, dakwah bial-kitabah, dakwah bial-hijrah, dakwah bial-jidalah, dakwah bial-syi'riyah, dakwah bial-amwal, dakwah bial-qalbiyah dan dakwah dengan cara lainnya. Barokallah Amien 

Ahad, 04 Agustus 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update