Notification

×

Iklan

Iklan

Percikan Rahasia Restoran Padang Dan Pedagang Madura

| Agustus 14, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-14T13:40:12Z
Tegursapanews.com - Percikan:    Alkisah awal kali kita mengenal Etnis Minang, ketika kita sekolah di Lahat Sumsel pada tahun 1969 - 1974.. Beberapa kali kita potong pakaian seragam baju dan celana kepada Taylor di Pasar Baru, kita dengar mereka bicara dalam Bahasa Minang. Mereka itu ketika waktu Salat Jumat pilih salat di Masjid Muhammadiyah yang berada di depan Gereja Pantekosta.

Kemudian setelah kita kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya, kita baru tahu bahwa Tn Emil Salim yang selama sekian tahun menjabat Menteri Negara pada Era Orde Baru (1967 - 1998) yang diangkat Presiden Soeharto. Beliau Etnis Minang yang lahir di kota Lahat pada 1930. Konon beliau termasuk dalam garis keluarga besar Pahlawan Nasional KH. Agoes Salim.

Ketika kita bertualang di Sumatra Barat pada tahun 2016, kita sempat mampir dan melihat dari dekat lokasi Pontren Sumatra Thawalib di Bukit Tinggi. Pontren tersebut telah melahirkan beberapa orang tokoh nasional, antara lain Ketua Umum MUI Pusat Buya Hamka, Wakil Presiden Adam Malik yang sebelumnya beliau menjabat Menteri Luar Negeri.

Kemudian salah satu informasi yang pernah kita dengar dari sahabat karib, bahwa rahasia kesuksesan para pengusaha Restoran Padang selama ini. Mereka itu rutin sadakahkan uang yang bersumber dari konsumen pertama kali makan di restoran di pagi hari. Kita tidak tahu terhadap kebijakan restoran Padang Siang Malam yang bekerja selama 24 jam nonstop sepanjang tahun.

Demikian pula yang pernah kita dengar tentang kesuksesan para pedagang Etnis Madura yang berusaha di pasar tradisional. Ketika mereka menjual bebuahan kepada konsumen dengan istilah Sejina, berarti jumlah buah yang dijual sebanyak Sebelas, yaitu Sepuluh tambah Satu. Adapun status yang Satu Buah tersebut adalah Sadakah pedagang kepada para konsumen.

Selama ini kita lihat ratusan jumlah pedagang Etnis Madura di pasar tradisional Larangan Sidoarjo Jawa Timur. Kita sering beli buah Pisang Emas pada salah seorang pedagang yang sudah kita kenal sejak lama. Setiap kali kita berbelanja di pasar tersebut, selama ini kita tidak pernah tawar menawar tentang harga buah Pisang yang dijualnya, karena kita dapat harga yang dinilai murah meriah.

Para pedagang Etnis Madura tersebut yang kita ketahui selama ini berstatus warga Nahdliyin. Atas dasar asumsi, bahwa mayoritas warga Madura berstatus warga NU yang sudah turun temurun. Maka ketika Tn Mahfud MD etnis Madura yang dinyatakan bukan kader NU, pada saat beliau akan menjadi calon Wakil Presiden Jokowi pada pemilu 2019. Dengan itu tersiar kabar di medsos, sebagian warga Madura emosi dan marah kepada Ketua Umum PDI-P.

Kita pernah 2 kali berkunjung ke Masjid yang dibangun Syaikhona Kholil di kota Bangkalan Madura. Status Syaikhona Kholil adalah ulama karismatik Madura yang membina KH Hasyim Asy'ari pendiri Jam'iyah NU pada tahun 1926 di kota Surabaya. Mungkin atas dasar sejarah tersebut, jutaan warga Madura yang merantau ke semua pelosok negeri di wilayah Nusantara. Mereka Istiqomah menjadi warga NU yang dikenal Ahlus Sunnah waljamaah. 

Kita melihat status Etnis Minang dan Etnis Madura ada sisi kesamaan dalam hal keyakinan beragama. Mereka termasuk warga negara Indonesia yang fanatik, hampir sama dengan profil Etnis Aceh dan Etnis Bugis, termasuk Etnis Betawi. Status Etnis Betawi merupakan warga negara campuran dari berbagai suku di Nusantara termasuk Etnis Arab dan Tionghoa. Barokallah Amien.

Selasa, 13 Agustus 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update