Tegursapanews.com - Alkisah ketika kita masih berstatus mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya tinggal di desa Wonocolo. Kita sering Salat Jumatan di Masjid Muayyad dan berada di saf belakang. Masjid tersebut kecil dan penuh oleh jamaah, hingga jamaah meluber ke jalan raya.
Pada saat itu kita melihat Musola An-Nur yang bagus yang dibangun warga Muhammadiyah. Kita lalu mengajak beberapa orang anggota HMI untuk melaksanakan Salat Jumat di musola tersebut. Pada bulan pertama kita yang berstatus sebagai khatib dengan jamaah yang masih sedikit, kurang dari 40 orang.
Terhitung sejak saat itu, kita sering naik ke atas mimbar masjid pada hari Jumat atas undangan takmir di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur. Selain itu, kita juga sering mengisi ceramah kultum di masjid pada saat bulan Ramadan seusai Salat Tarawih.
Pernah kita menyampaikan sebuah opini yang tidak lazim di tengah masyarakat Islam, ketika kita khutbah di Masjid Raya An-Nur di kampus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Atas dasar rumusan bahwa status nabi adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri. Kita sampaikan bahwa Profil Siti Maryam ibu kandung Nabi Isa Al-Masih seorang Nabi Perempuan.
Selain itu, opini yang tidak lazim terdengar di tengah khalayak ramai pada masa orde baru. Kita pernah khutbah di atas mimbar Masjid Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Jawa Timur yang dipimpin seorang Kolonel TNI AD. Isinya sebuah opini tentang Presiden Soeharto sedang stress. Seminggu kemudian Presiden Soeharto minta cuti setelah pulang dari lawatan kerja ke negara Mesir.
Setiap kali kita naik ke atas mimbar, tidak seorangpun jamaah masjid bisa menebak tentang isi khutbah yang kita sampaikan. Kita selalu menyampaikan informasi yang aktual pada saat di atas mimbar. Dengan itu sangat jarang kita mengulang isi khutbah di masjid satu ke masjid yang lainnya. Hal tersebut ada kemiripan dengan beragam Pidato Presiden Gus Dur yang tidak terduga sama sekali.
Tahun lalu, ketika kita umrah ke Lahat Sumsel. Kita mendapatkan kesempatan khutbah di Masjid Dusun Masam Kelat nama populer Desa Gedung Agung Darat Merapi Timur. Kita menyampaikan bahwa pada setiap hari Jumat sekitar 800.000 khatib Jumat di atas mimbar memimpin doa maghfirah untuk seluruh kaum muslimin di muka bumi dari Merauke Papua Selatan sampai ke Sabang Aceh Darussalam.
Redaksi doa yang berbunyi "Allahummaghfir lil-muslimin wal-muslimat dst" yang diamini jutaan umat Islam di dalam masjid pada saat Salat Jumat. Hal itu adalah doa massal yang dilakukan sampai hari kiamat. Selain itu ada doa eceran yang dibaca umat Islam di muka bumi setiap kali usai wiridan Salat Fardhu.
Sungguh beruntung kita sebagai muslim yang dijamin masuk surga setelah hari kiamat akbar dengan modal aminkan doa maghfirah setiap hari. Doa tersebut tidak berlaku bagi mereka yang berstatus musyrik, karena perbuatan syirik tidak ada toleransi bagi Allah terhadap hambanya yang masih hidup. Wallahu aklam
Ahad, 04 Agustus 24
Sabdasheh
Editor: Abdul Ghalim
Oleh: Sheh Sulawesi Rubba