Tegursapanews.com - Hidayatullah: Alhamdulillah pada harini kita dapat rizki tak terduga. Kita diajak makan siang bersama Tn Abdul Chalim menu Nasi Kabuli, makanan khas warga negara Arab Saudi di Bosgil Sidoarjo Jawa Timur. Beliau sempat bercerita, bahwa dia sering menikmati makanan khas menu Timur Tengah di kota Pahlawan Surabaya.
Kita sempat bertanya kepada para karyawan.
Pada pukul berapa restoran buka dan tutup. Mereka jawab, pada pukul 10.00 pagi sampai 22.00 WIB malam. Mereka bekerja selama 12 jam setiap hari, mendapatkan upah perbulan hampir Rp 5 juta dari juragan.
Kita kenal sahabat karib Tn Abdul Chalim beberapa tahun yang lalu, ketika kita masih aktif sebagai ASN di kampus UINSA Surabaya. Beliau bertemu dengan sekian orang profesor di lingkungan kampus selain pejabat Rektor dan Dekan. Selain itu, beliau juga bergaul dengan para cendekiawan nasional di pelbagai kota di wilayah Nusantara.
Pada suatu saat kita melihat foto beliau sedang asik ngobrol dengan Tn Susno Duadji mantan Kabareskrim Polri di Jakarta. Kita tahu bahwa Jenderal Polisi tersebut lahir di Pagar Alam Sumsel tetesan darah Kepala Desa yang dipanggil Pasirah dan Depati pada zaman Hindia Belanda sampai awal Era Orde Baru.
Selama ini kita merasa berhutang budi kepada Tn Abdul Chalim, beliau yang pernah ajak kita terbang dari Bandara Juanda Sidoarjo Jawa Timur ke Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Pada saat itu kita keluyuran sampai ke Kabupaten Gunung Mas dan Kota Sampit dipinggir Sungai Mentaya yang dikenal lokasi perang antar Suku Dayak dan Madura pada tahun 2000.
Selain itu, Tn Abdul Chalim kawan kita tawaf di Pulau Bawean. Pada saat itu kita berangkat naik Speedboat dari pelabuhan Gresik dan kita kembali ke Pulau Jawa naik Feri dari Bawean ke Pelabuhan Paciran Lamongan di malam hari. Beliau adalah editor sukarelawan artikel Memo 70 Tahun di media online Tegur Sapa.
Ketika kita bertemu di pelbagai tempat, sambil ngobrol dan guyon yang didampingi segelas kopi hangat di warung pinggir jalan raya. Kita faham beliau terbiasa minum kopi hangat tanpa gula, sedangkan kita terbiasa minum kopi yang hitam manis. Beliau yang berstatus sebagai petualang yang keliling di wilayah Nusantara, banyak pengalaman dan informasi yang kita dengar dari cerita beliau, yang suka bergaul dengan semua warga dari beragam etnis di pelbagai lapisan masyarakat.
Beliau yang memberi tahu kita tentang lokasi Kantor Pusat Yayasan Pontren Hidayatullah di Balikpapan Kalimantan Timur. Atas informasi dari beliau beberapa tahun yang lalu, ketika di Balikpapan kita sempat mampir dan lihat suasana Pontren Hidayatullah yang punya cabang puluhan pondok pesantren dari Banda Aceh sampai ke Merauke Papua Selatan.
Tahun lalu kita pernah menyampaikan sebuah saran kepada Tn Syam'un Makruf yang sedang merintis Pontren Yayasan Makruf al-Madani di dusun Simpang Agung Merapi Timur Lahat Sumsel. Pada saat itu kita anjurkan beliau untuk melakukan studi banding dan melihat Pontren Hidayatullah di Desa Karang Raja Muara Enim. Mungkin lebih baik, jika saja bergabung dalam yayasan tersebut yang sudah punya pengalaman dalam bidang pendidikan Islam di wilayah Nusantara. Barokallah Amien.
Ahad, 18 Agustus 24
Sabdasheh