Notification

×

Iklan

Iklan

Status Nasi Tumpeng Hidangan Makan Bersama Di Hari Istimewa

| Agustus 15, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-15T14:11:25Z
Tegursapanews.com - Nasi Tumpeng:  Alkisah pada tahun 1975, kita tinggal di rumah Tn Surmawi Abas di Siwalankerto Surabaya. Pada malam minggu Tuan Rumah pulang ke Kudus Jawa Tengah, ketika itu ada undangan dari tetangga yang syukuran. Dalam hal ini, kita yang hadir dalam acara tersebut mewakili Tn Surmawi Abas yang sedang keluar kota.

Saat itu adalah pertama kalinya kita makan Nasi Tumpeng makanan khas masyarakat Jawa. Nasi kuning yang dimasak dengan santan seperti Nasi Uduk di tanah Betawi. Bentuknya kerucut seperti Gunung dengan beraneka ragam lauk pauk hasil bumi para petani di pedesaan, termasuk sepotong Ayam Panggang yang masih utuh.

Tercatat dalam sejarah yang tersimpan di MURI (Musium Republik Indonesia) tentang pembuatan Nasi Tumpeng terbesar setinggi 2,28 meter dengan bahan 1.400 kg beras. Tumpeng tersebut dimasak 7 orang koki pada saat perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 70, pada tanggal 17 Agustus 2015 di Jakarta.

Sepucuk pertanyaan muncul dari netizen. Kenapa Nasi Tumpeng Putih dan Kuning dibuat kerucut seperti sebuah gunung ?

Konon pada zaman kerajaan Mojopahit yang dikenal dengan istilah Kerajaan Hindu di pulau Jawa. Masyarakat Hindu percaya, bahwa Tuhan yang disebut Sang Hiyang bersemayam di puncak Gunung Mahameru Lumajang Jawa Timur. Dalam upaya untuk menghormati Tuhan dalam suatu upacara keagamaan dibuatlah masakan Nasi Tumpeng sebagai hidangan buat warga yang hadir untuk makan bersama.

Pada bulan ini semua katering laris manis dengan pesanan Nasi Tumpeng dari panitia untuk acara syukuran warga pada malam renungan terhadap Perjuangan Kemerdekaan para pahlawan yang dilaksanakan pada Jumat malam, 16 Agustus 2024. Termasuk malam tasyakuran Tahun Baru Indonesia Merdeka Ke 80 pada hari Sabtu malam, 17 Agustus 2024.

Selama ini budaya pembuatan Nasi Tumpeng tidak pernah dikenal masyarakat di Wilayah Kesultanan Palembang, seperti warga di kecamatan Merapi Lahat Sumsel. Mereka terbiasa dengan nasi hidangan piring yang melingkar, ketika punya hajat Sadakah, seperti dalam acara syukuran khitanan anak lelaki dan acara Sadakah yang lainnya.

Alkisah ketika keluyuran ke wilayah Indonesia bagian Timur, kita menemukan kebiasaan warga negara untuk sarapan pagi dengan makan nasi kuning yang dijual di warung. Kita pernah merasakan nikmatnya makan Nasi Kuning ketika sarapan pagi di kota Manado, Ternate, Ambon, termasuk ketika keluyuran di Bumi Cenderawasih. Barokallah Amien.

Kamis, 15 Agustus 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update