Tegursapanews.com - Salah satu pertanyaan yang tercatat dalam sejarah Islam berbunyi "Kenapa agama Islam turun di Makkah yang dibawa Rasul Global Nabi Muhammad SAW pada abad ke 7 M ?
Atas pertanyaan tersebut, muncul sebuah jawaban dalam tinjauan sosiologi antropologi yang ditulis cendekiawan muslim dalam kitab kuning, yaitu kitab karya para ulama yang hidup pada zaman Daulah Bani Umayyah.
Jawaban singkatnya yaitu keistimewaan orang Arab Makkah punya daya ingatan yang lebih kuat dibandingkan dengan orang Melayu di pulau Sumatra. Nabi Muhammad SAW hafal silsilah tetesan darahnya sampai ke Nabi Ismail AS bin Ibrahim AS yang konon sampai 27 nama antara dirinya dengan Nabi Ibrahim.
Hal itu jauh berbeda dengan kita pada saat ini. Kita pernah beberapa kali bertanya kepada mahasiswa di kampus UINSA Surabaya tentang nama orang tua mereka di kampung dan para leluhurnya. Mereka menjawab sama dengan status kita sendiri, yaitu hanya hafal dua generasi ke atas seperti nama Tn Sulhawi bin Rubah bin Basri. Kita tidak tahu nama leluhur ke atasnya, tapi faham anak cucunya 4 orang saudara kandung Tn Basri.
Alkisah pada waktu kita umrah ke Desa Gedung Agung Merapi Timur Lahat Sumsel pada awal Januari 2022. Kita bersama karib kerabat memindahkan makam Puyang Basri dari kuburan di dekat jerambah Kalangan Lama ke kuburan di tebing dekat Simpangan. Pada saat itu, kita bungkus tulang belulang Tn Basri dan Pn Syamsiah dengan kain Pakaian Ihram yang pernah kita gunakan tawaf di Kakbah.
Puyang H Basri yang konon nama aslinya Tn Mistar pernah dua kali menikah selama hidupnya. Pernikahan yang pertama istrinya asal Desa Sengkuang wafat punya anak satu yang wafat masih kecil. Kemudian beliau nikah lagi dengan seorang janda punya anak satu perempuan bernama Pn Mauning dari Desa Tanjung Jati Muara Enim Sumsel.
Janda yang dinikahi Tn Mistar bernama Pn Syamsiah melahirkan 4 orang anak lelaki, yaitu Tn Rubah, Tn Annah, Tn Jannah dan Tn Wannah. Dari keempat orang tersebut yang berusia lebih setengah abad hanya Rubah bin Basri yang kita singkat menjadi Rubba.
Kita sempat bertemu dengan cecucu dari Tn Basri yaitu Tn Surnawi, Tn Zawawi, Tn Supri, Tn Surhan dan Tn Suparman. Namun kita tidak tahu sosok Tn Basri sendiri karena beliau wafat sebelum kita lahir. Kita sempat melihat Pn Syamsiah yang dipanggil Nining Buta yang tinggal di rumah Tn Surhan bin Wannah.
Salah seorang cucu Tn Basri bernama Tn Supri bin Annah berstatus anak yatim sejak kecil. Beliau adalah cucu kesayangan yang punya anak bernama Pn Rusmawan, Pn Kumiati, Pn Inawati, Tn Aliansyah, Tn Herwan Syah dan Pn Meliyati . Mereka yang lima bersaudara tersebut hidup rukun dan sejahtera.
Dalam hal ini, ketika disebut nama Tn Yoga Wahyu bin Dahrullah bin Surnawi bin Rubah bin Basri dan nama Aulia Edison bin Suparman bin Wannah bin Basri, termasuk Tn Martin bin Rusmawan bin Supri bin Annah bin Basri. Status mereka itu Se-Puyang (al-Basri) yang disebut Saudara Sepupu. Kadang kita tulis nama saudara sepupu seperti Tn Arafat al-Basri dan nama yang lainnya.
Dalam kajian ilmu politik, silsilah tetesan darah biru ke atas dinilai sangat penting. Dalam budaya masyarakat Jawa, seseorang yang menjadi calon kepala daerah dalam pemilu. Mereka sering mengekspos status dirinya tetesan darah Raja Majapahit seperti kisah Tn Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketika beliau menjadi calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub tahun 2016. Barokallah Amien
Ahad, 11 Agustus 24
Sabdasheh
Editor: Abdul Chalim
Oleh: Sheh Sulhawi Rubba