Tegursapanews.com - Parakan: Kiai Wahab kemudian mengundurkan diri untuk menghindari dari kejaran Belanda. Ia menyusuri kali Progo menuju kawasan Sentolo, Godean, Borobudur, Bandongan, Secang Temanggung, hingga hingga singgah di kawasan parakan.
Kawasan parakan merupakan titik penting arus tranportasi kawasan kedu, yakni sebagai persimpangan Banyumas, Kedu, pekalongan, dan Semarang.
Keluarga Kiai Abdul Wahab kemudian menetap di parakan, sebagai tempat bermukim untuk menggembleng santri dan menyiapkan perlawanan terhadap penjajah.
Pasukan Belanda tidak henti-hentinya mengejar pengikut Diponegoro di berbagai pelosok Jawa, terutama Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ketika Ibunda Kiai Subchi mengandung, Belanda masih sering mengejar keturunan Kiai Wahab, serta santri-santri yang diduga menjadi pengikut Diponegoro.
Pada tahun 1885, Subchi kecil berada di gendongan ibunya untuk mengungsi dari kejaran pasukan Belanda.
Subchi kecil di didik oleh orang taunya, dengan tradisi pesantren yang kuat. Ia kemudian nyantri di pesantren sumolangu, asuhan Syekh Abdurrahman Sumolangu (ayahanda Kia Machfud Sumolangu, Kebumen).
Dari ngaji di Pesantren inilah, Kiai Subchi menjadi Pribadi yang matang dalam ilmu agama hingga pergerakan kebangsaan.
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya, Kamis - 12 - September - 2024
Abdul Chalim CEO Tegursapanews.com Sponsorship universal Institute of Professional Management (UIPM)
For further information call me: 0818 536 867