Notification

×

Iklan

Iklan

Pasangan Kepala Negara Raden Jawa Dan Tengku Aceh

| September 02, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-03T06:32:12Z
Tegursapanews.com - Momen Kepala Negara: Momen yang bersejarah ketika buku yang berjudul "111 QASUS, QURUN 70 TAHUN DI BUMI PERTIWI" dipublikasikan di media online dan medsos selama 3 bulan sejak bulan Juli sampai September 2024. Ketika itu status IKN Nusantara sebagai warisan Presiden Jokowi menjadi titik awal lokasi upacara perayaan Tahun Baru Indonesia Merdeka yang ke 80, pada Sabtu, 17 Agustus 2024.

Kemudian ketika buku tersebut terbit dan dihadiahkan kepada karib kerabat dan sahabat karib. Presiden ke-tujuh NKRI Tn Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin sudah lengser keprabon digantikan Presiden Terpilih yang ke-delapan Tn Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Tn Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik pada Ahad, 20 Oktober 2024.

Dalam legenda yang sangat populer di Bumi Sriwijaya karya sastra para Pujangga yang disampaikan secara lisan turun temurun selama sekian abad di tengah masyarakat sampai sekarang berjudul "SI PAHIT LIDAH dan SI MATA EMPAT". Dalam legenda tersebut, konon Si Pahit Lidah dimakamkan di kaki Gunung Dempo Pagar Alam dan Si Mata Empat dimakamkan di pinggir Danau Ranau Sumsel.

Pada saat ini Status Presiden Jokowi adalah Profil Si Lidah Pahit (Umara) dengan beraneka ragam bukti keberhasilannya selama 10 tahun mengabdi kepada bangsa dan negara. Salah satu diantara warisan beliau berwujud Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) sepanjang 2.818 km, selain IKN Nusantara di Kalimantan Timur.

Demikian pula Status Wakil Presiden Ma'ruf Amin adalah Profil Si Mata Empat (Ulama). Beliau adalah cucu ulama besar Syaikhona Nawawi al-Bantani yang menjadi Imam di Masjidil Haram. Dalam riwayat hidupnya tercatat, sebelum berstatus sebagai Wakil Presiden Jokowi, beliau sebagai Rois Am PBNU hasil Muktamar NU ke 33, pada awal Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur.

Kemudian dalam sejarah Islam tercatat tentang goresan budaya di wilayah Nusantara. Warga negara Indonesia dari tetesan darah Raja dan Sultan disebut Raden yang kisahnya diawali dari Profil Raden Fatah pendiri Kerajaan Islam Demak Jawa Tengah. Atas dasar sejarah tersebut, maka disini kita berani menulis nama Raden Prabowo Subianto dan Raden Gibran Rakabuming Raka.

Status Raden di Pulau Jawa disebut dengan Teuku di Tanah Rencong Aceh Darussalam, seperti nama Pahlawan Nasional Teuku Umar. Sedangkan mereka yang disebut Kiai di Tanah Jawa seperti KH Hasyim Asy'ari Jombang pendiri Jam'iyah NU di Surabaya, disebut dengan Tengku, seperti nama Pahlawan Nasional Tengku Tjik Di Tiro Ulama Besar yang lahir di Aceh.

Mereka yang berstatus sebagai Raden dan Teuku adalah kelompok kaum elit di tengah masyarakat yang sukses FC meraih kursi Si Pahit Lidah di lembaga negara. Atas keberhasilan mereka tersebut banyak orang yang iri hati, hasud dan dengki, seperti kelompok BSH (Barisan Sakit Hati) terhadap Profil Raden Kaesang Pangarep putra bungsu Presiden Jokowi.

Pagi ini, kita dapat postingan via WA dari sahabat karib yang mahir Bahasa Arab Tn Ahmad Zaidun di Gresik Jawa Timur, sepotong kalimat Mahfudzat (kata mutiara) yang berbunyi "Kun faasyilan fataslama min hasadin-naas". Artinya "Jadilah orang yang gagal dalam kompetisi, jika kau ingin tidak ada orang lain yang merasa iri hati". Barokallah Amien 

Selasa, 03 September 24 
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim 

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update