Tegursapanews.com - Percikan: Alkisah pada tahun 2016, kita pernah 3 hari tawaf di Dili ibukota Timor Leste. Salah satu informasi yang kita ketahui pada saat itu, jika kita dari Kupang NTT mau pergi ke kota Dili naik pesawat terbang harus transit dulu di Bandara internasional Ngurah Rai Denpasar Bali.
Dalam sejarah tercatat, bahwa pulau Timor pada zaman kejayaan kerajaan Islam Ternate masuk dalam wilayah kerajaan Islam di Maluku. Kemudian setelah kedatangan kolonial Portugis dan Belanda, pulau tersebut dibagi menjadi dua, yang sebelah timur (Timor Loro Sae) menjadi wilayah Kolonial Portugis.
Kemudian pada tahun 1975, status Timor Loro Sae Merdeka. Sebagian warga negara Timor Loro Sae menghendaki integrasi ke Indonesia. Atas dasar tersebut pada 17 Juli 1976, status Timor Timur menjadi provinsi ke 27. Angka tersebut diabadikan dalam pembangunan Patung Jesus Kristus setinggi 27 meter di Tanjung Fatucama, Dili Timor Leste.
Kemarin kita baca di media online tentang sejarah umat Katolik di Timor Timur dalam pidato Paus Fransiskus. Bahwa pada awal kemerdekaan Timor Leste tahun 1975 dari kekuasaan Portugis. Konon jumlah umat Katolik pada saat itu baru sebanyak 30 persen dari populasi penduduk asli. Sekarang ini dilaporkan bahwa jumlah mereka itu 99 persen berstatus umat Kristiani.
Selama Timor Timur menjadi provinsi ke 27, warga Timor Timur harus memilih dari 5 agama yang hidup dan berkembang di NKRI. Atas kebijakan pemerintah orde baru tersebut, warga Timor Loro Sae yang belum beragama, mereka memilih agama Katolik, seperti yang tertera dalam Susunan KK dan KTP.
Kita mendengar info selama di Dili, ketika wilayah Timor Timur berstatus sebagai Provinsi ke 27. Timbul kebijakan dari Gubernur Timor Timur yang beragama Katolik tentang larangan bagi umat Islam membangun Masjid, namun dibolehkan membangun Musala.
Dalam hal tersebut ternyata pemahaman mereka, ada perbedaan antara status Masjid dan Musala sebagai tempat ibadah umat Islam di Nusantara. Dengan itu, maka sampai saat ini masjid yang terbesar di Dili bernama Masjid An-Nur sebagai Islamic Center di Timor Leste.
Kemudian terhitung sejak tahun 2002, status Timor Timur berpisah dengan Indonesia dengan nama Timor Leste, sejak saat itu mata uang yang beredar di negara tersebut menggunakan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan standar PBB.
Ketika kita di Dili, kita pernah minum secangkir kopi hitam di warung pinggir jalan, taripnya ditetapkan pedagang kaki lima $ 1 US, setara dengan nilai uang Garuda Rp 15.000,- Pada saat itu harga secangkir kopi di Sidoarjo Jawa Timur dijual pedagang kaki lima Rp 3.000,- Barokallah Amien
Selasa, 10 September 24
Sabdasheh