Notification

×

Iklan

Iklan

Status Bible Dan Kitab Suci Al-Quran Di Mata Umat

| September 01, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-01T12:01:14Z
Tegursapanews.com - Bible dan Al-Quran: Suatu saat kita pernah bertanya kepada Dosen Filsafat di Pascasarjana UINSA Surabaya tentang status Filosuf. Kenapa yang terkenal dalam sejarah ilmu pengetahuan para filosuf yang lahir di Yunani, bukan kelahiran Jawa ?

Profesor yang ditanya tadi menjawab secara singkat. Dalam sejarah ilmu pengetahuan tercatat yang disebut Bapak Filsafat adalah Syeikh Thales yang hidup 600 SM. Pikiran dan jalan berpikir beliau tertulis, sehingga bisa dibaca dan dikaji oleh murid muridnya sampai sekarang. Sedangkan para filosuf di Jawa jalan berpikirnya terbatas pada ucapan lisan.

Ajaran agama Nasrani yang dibawa Nabi Isa Al-Masih sebagai Rasul Nasional khusus buat Bani Israil di tanah Palestina. Pada awalnya disampaikan secara lisan, baru kemudian setelah beliau wafat, ajaran agama Nasrani tersebut baru ditulis beberapa orang muridnya yang bernama St Markus, St Matius, St Lukas dan St Johanes. Kitab suci tersebut dinamakan dengan Bible atau Alkitab yang bersumber dari Injil dan Kitab Taurat.

Berbeda dengan sejarah kitab suci al-Quran, setiap kali wahyu turun dicatat para sahabat. Kemudian setiap datang bulan suci Ramadan dilakukan tadarus untuk mengecek kesahihan catatan tersebut yang langsung diawasi oleh Nabi Muhammad SAW sendiri dan para sahabat yang hufadz.

Kemudian para mufasir kitab suci al-Quran, sebagian mereka mengutip isi kitab Bibel tersebut sebagai referensi dalam memahami sejarah hidup Bani Israil yang terkenal dengan kecerdasannya melebihi umat yang lain di muka bumi.

Dalam perjalanan waktu setelah umat Islam faham tentang budaya baca tulis. Muncul para ulama yang menulis ribuan kitab tentang ajaran Islam, seperti kitab kitab hadis yang disebut Kutubus Sittah, karya Imam Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah dan Al-Tirmidzi serta jutaan ulama Islam sebagai penulis beraneka ragam kitab lainnya.

Dalam masalah menulis buku sebagai karya intelektual di tengah masyarakat. Kita merasa mengalami banyak kesulitan ketika menulis buku yang sangat sederhana tentang beragam kisah pengalaman hidup dalam kurun waktu 70 tahun di Bumi Pertiwi.

Sesungguhnya dalam hal ini kita tidak mampu menulis sendiri tanpa bantuan yang gaib. Atas dasar bisikan dan bimbingan para malaikat, kisah perjalanan hidup kita bisa direkam dalam bentuk tulisan singkat yang meloncat loncat. Tulisan tersebut dipublikasikan di media online dan medsos. Kemudian dirangkum dengan nawaitu akan diwujudkan dalam bentuk sebuah buku kecil dan tipis. 

Adapun tujuan penerbitan buku tersebut yang berjudul "Penggalan Kisah Hidup Di Bumi Pertiwi Dalam Kurun Waktu 70 Tahun". Buat hadiah kepada karib kerabat dan sahabat karib sebagai dokumentasi yang tersimpan di lemari perpustakaan. Mungkin suatu saat ada guna dan manfaatnya bagi mereka yang suka baca buku sebagai terapi Kepikunan di hari tua. Barokallah Amien 

Ahad, 01 September 24
Sabdasheh

Editor: Abdul Chalim

Oleh: Sheh Sulhawi Rubba
×
Berita Terbaru Update