tegursapanews.com - tapal kuda: Pada tahun 1924, setelah bertahun-tahun belajar di Makkah, As'ad kembali ke kampung halaman. Ia merasa masih belum memiliki keilmuan yang cukup, meski keahlian ilmu agamanya sudah tidak diragukan.
Sebagaimana tradisi santri Nusantara, As'ad kemudian meneruskan langkahnya untuk melakukan perjalanan ilmiah (rihlah ilmiyyah) sebagai santri petualang ilmu, dari pesantren satu ke pesantren lainnya.
Kiai As'ad mengaji tabarrukan di beberapa pesantren di tanah Jawa dan Madura, antara lain: Pesantren Sidogiri pasuruan (asuhan KH. Nawawi), pesantren Siwalan panji Buduran Sidoarjo (asuhan KH. Khazin), Pesantren an-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura, pesantren Kademangan Bangkalan (KH. Muhammad Cholil) dan Pesantren Tebuireng Jombang.
Pengalaman mengaji di Makkah dan beberapa pesantren di Jawa-Madura membuat karakter pribadi serta keilmuan Kiai As'ad menjadi mendalam.
Akan tetapi, pesantren Tebuireng lah yang paling membentuk kepribadian Kiai As'ad. Ketika menyebut Kiai Hasyim Asy'ari (1875-1947) dan pesantren Tebuireng Kiai As'ad menunjukkan ta'dzim yang sangat tinggi.
Di bawah asuhan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Kiai As'ad menemukan karakter, wawasan, perspektif, hingga semangat perjuangan untuk kemerdekaan.
Di Tebuireng Kiai As'ad berkawan dengan para santri pejuang, yang kelak menjadi garda depan Nahdlatul Ulama dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di antaranya, yakni KH. Wahab Hasbullah (1888-1971), KH. Bisri Syansuri (1886-1980), KH. Abbas Buntet (1879-1946), KH. Wahid Hasyim dan beberapa Kiai lainnya.
Bersambung.....
Masjid Baitul Makmur Perum Jenggolo Asri Puri Teratai Desa Sidokerto BuduranBuduran Sidoarjo, Jumat - 11 - Oktober - 2024
Abdul Chalim CEO tegursapanews.com Sponsorship universal Institute of Professional Management (UIPM)