tegursapanews.com - Westerling: Pada waktu tentara penjajah menyerbu santri dan warga, Ambo Dalle tetap gigi memperjuangkan agama dengan prinsip kokohnya.
Para ulama menjadi benteng para pejuang yang dikejar oleh tentara Belanda, baik dari KL (Koninklijke Leger) maupun KNIL (Koninklijke Netherland Indische Leger).
Pada 1947, para tokoh dan ulama Sulawesi Selatan mengadakan perkumpulan di Paccekke, daerah yang menjadi basis MIAI Mangkoso, untuk menyiapkan perjuangan strategi di kawasan Sulawesi Selatan.
Rapat ini menetapkan strategi perjuangan dengan menggunakan pendekatan militer. Akhirnya, ditetapkan bahwa Andi Makkasau (Datu Suppa) sebagai Panglima, Andi Mattalatta sebagai wakil Panglima, Saleh Lahade sebagai kepala staf, dan beberapa komandan Batalyon dan barisan Laskar dari beberapa daerah bersatu untuk melawan tentara Belanda.
Pada tahun 1955, Anregurutta Ambo Dalle ditangkap oleh pengikut DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar, di kawasan Belang-belang, Kabupaten maros.
Beliau di bawah masuk ke hutan-hutan dan di minta menjadi penasihat spiritual Kahar Muzakkar.
Ambo Dalle tetap teguh pada keyakinannya, dengan sikap yang sama mengajar para pengikut Kahar Muzakkar.
Pengabdian dan keyakinan Ambo Dalle tidak berubah bahkan ketika di tawari mentri pendidikan DI/TII.
Namun Ambo Dalle tetap sebagai Ulama yang memiliki Nasionalisme kuat. Pada waktu meletus pristiwa gerakan 30 September 1965, Ambo Dalle tetap konsisten berjuang untuk dakwa melalui pendidikan.
Ambo Dalle berpesan agar santri-santrinya tetap berpegang pada keimanan Islam, dengan akidah serta keyakinan untuk berjuang di bidang pendidikan dan sosial.
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya, Ahad - 27 - Oktober - 2024
Abdul Chalim CEO tegursapanews.com Sponsorship universal Institute of Professional Management (UIPM) E C O S O C