Notification

×

Iklan

Iklan

Cuilan Dongeng Dialog Antara Mubalig Islam Dan Para Petani

| Oktober 03, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-03T13:46:22Z

tegursapanews.com - Para Petani: Alkisah yang pernah kita dengar waktu masih kecil di kampung leluhur. Ustaz bercerita tentang kedatangan mubalig yang blusukan ke pelosok pedesaan, ketika bertemu para petani, mubalig tersebut sempat bertanya. Siapa yang pernah menanam Lombok di kebun ?


Hampir semua yang hadir di dalam majlis menjawab, bahwa mereka pernah menanam Lombok di kebun memasing.


Mubalig bertanya lagi. Apa saja warna buah Lombok di kebun Antum ? 


Petani menjawab, warnanya beragam, antara lain warna Hijau, Merah, Kuning, Putih, dan Jingga. Rasanya pedas, tidak manis seperti rasa gula dan tidak pahit seperti rasa empedu.


Pertanyaan mubalig berlanjut. Apakah Antum yang memberi warna buah Lombok tersebut dan rasanya yang pedas itu ?

Semua petani menjawab, Kami tidak pernah sama sekali mewarnainya, kami hanya sekedar menanam dan merawatnya sampai berbuah. Kemudian buah dipanen dan dijual di pasar.


Mubalig menjelaskan, bahwa yang memberi aneka warna buah Lombok dan rasa pedas tersebut adalah Tuhan Yang Maha Pencipta Alam Semesta yang disebut Allah SWT. Dalam hal ini Tuhan hanya berucap dalam kalimat singkat "Kun Fa Yakun". Dengan ucapan Allah tersebut, muncul warna Hijau, Merah, Kuning, Putih dan Jingga yang rasanya pedas.


Dalam dunia politik status warna warni Buah Lombok tersebut menjadi Identitas Partai Politik di Bumi Pertiwi, seperti warna Merah (PDI-P), Kuning (Golkar), Hijau (PKB), Biru (Demokrat) dan warna partai yang lainnya.


Warga negara yang abstain dalam pemilu, yaitu mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya di bilik suara TPS. Mereka disebut dengan istilah Golput (Golongan Putih), maksudnya polos tanpa pilihan warna warni dalam dunia politik nasional. 


Kemudian tersiar kabar di medsos dan media online, bahwa dalam pemilu di luar negeri seperti di Amerika Serikat. Mereka yang termasuk dalam jamaah Golput sampai 60 persen. Sedangkan di negara Indonesia ditemukan data sekitar 30 persen warga negara yang tidak peduli pada pemilu, dengan beragam sebab musababnya.


Salah satu dari 111 kasus, warga negara yang berstatus sebagai sopir angkutan barang dan sopir bis antar provinsi, ketika sedang tugas di luar kota, mereka tidak ada waktu untuk hadir di TPS kampung mereka memasing. Dengan itu mereka disebut kelompok Golput dalam pemilu Pileg, Pilpres, Pilkada dan Pilkades. Barokallah Amien.


Kamis, 03 Oktober 24 

Sabdasheh


Editor: Abdul Chalim


Oleh: Sheh Sulhawi Rubba

×
Berita Terbaru Update