Notification

×

Iklan

Iklan

Dialog Batin? Melemahkan Atau Menguatkan

| November 01, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-11-02T01:11:19Z


Oleh : Yusdi Lastutiyanto*


_"Setiap ego Personality dalam diri bisa menjadi pembisik yang melemahkan atau penjaga diri yang menumbuhkan, kenali, kelola dan arahkan."_

- Anonim-


tegursapanews.com - Jakarta: Dialog batin atau dialog internal, adalah percakapan yang terus terjadi dalam pikiran kita setiap hari. Kita tidak pernah tidak bisa berkomunikasi dengan diri kita. Dalam diri kita ada "bagian" diri yang menyimpan keyakinan, nilai, serta cerita yang kita percaya tentang diri sendiri, dalam psikologi ini disebut dengan ego personality. 


Menariknya setiap hari juga Ego Personality kita berkomunikasi kedalam diri dan memunculkan diri keluar sebagai persona tertentu.


Dengan memahami dialog internal ini dan apa saja ego personality yang sering berkomunikasi, kita dapat melihat bahwa diri kita sebenarnya adalah gabungan dari berbagai "bagian" yang memiliki suara dan kebutuhan unik masing-masing, mereka juga punya tujuan positif tertentu untuk mempertahankan diri dan respon.


Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi cara untuk menyadari dialog internal, mengenali berbagai bagian yang membentuknya, serta memulai proses membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri.


Mengapa Mengenali Dialog Internal Itu Penting?


Dialog internal yang berlangsung dalam pikiran kita setiap waktu dapat berdampak besar pada kesejahteraan emosional kita. Jika dialog ini lebih banyak berisi kritik yang keras, perasaan kurang berharga, atau kekhawatiran yang berlebihan, maka kita akan cenderung merasa tertekan dan cemas. Sebaliknya, ketika kita memiliki dialog yang penuh kasih, menerima, dan mendukung, kita dapat merasa lebih percaya diri dan sejahtera. Oleh karena itu, mengenali dan memahami dialog ini adalah langkah awal dalam proses menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.


Bagaimana cara mengenalinya?


Hal pertama dalam mengenali dialog internal adalah dengan mendengarkan dan memperhatikan bahasa yang kita gunakan terhadap diri sendiri. Apakah ada kritik yang berlebihan? Apakah kita sering berbicara kepada diri sendiri dengan kalimat negatif?


Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang mungkin menunjukkan keberadaan "inner critic" atau si kritis dalam diri Anda:


"Kalimat "Seharusnya"

- "Saya seharusnya bisa lebih baik," 

- "Saya seharusnya tidak membuat kesalahan ini."

- "Saya seharusnya sudah menyelesaikan pekerjaan ini lebih cepat."

- "Saya seharusnya tidak membuat kesalahan dalam presentasi tadi."


Pemikiran ini sering muncul dalam bentuk tuntutan berlebihan pada diri sendiri, jika ini tidak Anda redam maka, bisa berpengaruh terhadap mood Anda.


Kritik diri Berlebihan

- "Saya selalu gagal dalam semua yang saya lakukan."

- "Saya tidak pernah bisa melakukan hal dengan benar."

Mengkritik diri sendiri secara tidak proporsional dibandingkan dengan situasi yang sedang terjadi, jika Anda tidak menyadari hal ini, maka Anda bisa meragukan kemampuan diri sendiri.


Memberikan Julukan Negatif

- "Saya gagal total" 

- "Saya tidak berharga."

- "Saya adalah orang yang bodoh karena melakukan kesalahan ini."

- "Saya adalah orang yang gagal".

Memberikan label negatif pada diri bisa membuat Anda merasa tidak mampu, waspadai kalimat Anda sendiri.


Bahasa Merasa Kekurangan

- "Saya tidak cukup pintar, cantik, atau terorganisir."

- "Saya tidak cukup pintar untuk mendapatkan pekerjaan ini."

- "Saya tidak cukup menarik untuk membuat teman baru."

Kalimat ini bisa membuat Anda enggan untuk memaksimalkan potensi Anda, yakinkan diri Anda mampu.


Menolak Peluang

- "Saya tidak layak untuk mendapatkan promosi ini."

- "Tidak ada gunanya mencoba, saya pasti akan gagal."

Keraguan yang membuat kita ragu untuk menerima peluang karena merasa kurang layak.


Membandingkan Diri dengan Orang Lain

- "Lihatlah bagaimana suksesnya teman saya, sedangkan saya masih di sini tanpa kemajuan."

- "Dia jauh lebih baik dari saya dalam hal ini."

- "Saya tidak mungkin bisa seperti dia.*

Membandingkan diri secara merendahkan alih-alih sebagai motivasi.


Menggeneralisasi diri

- "Saya tidak pernah berhasil," 

- "Saya selalu gagal,"

- "Saya akan selalu sendiri."

- "Saya tidak pernah bisa bergaul dengan baik."

- "Saya selalu merasa cemas dalam situasi sosial."


Contoh kalimat diatas sering kali muncul dari bagian inner critic kita, tapi sekali lagi sebagai seorang hipnoterapis, saya menemukan bagian kritis diri itu punya tujuan positif, sebab kalimat itu muncul dari pengalaman tertentu, teknik regresi usia bisa membuat kita menemukannya, kapan dan oleh siapa kalimat itu pertama kali diucapkan.


Mengenali Suara-Suara Positif dalam Dialog Internal


Selain inner critic, penting untuk mengenali momen-momen di mana kita berbicara secara positif kepada diri sendiri. Hal ini bisa berupa dukungan, dorongan, atau penerimaan atas pencapaian dan usaha kita. Perhatikan saat Anda memberi diri sendiri kata-kata yang mendukung, seperti:


Mengucapkan selamat atas keberhasilan kecil yang telah dicapai.

- "Saya telah melakukan yang terbaik, dan itu sudah cukup."

- "Saya berhasil menyelesaikan satu tugas hari ini, itu adalah pencapaian."


Meyakinkan diri bahwa Anda mampu menghadapi tantangan.

- "Saya mampu menghadapi tantangan ini dengan baik."

- "Setiap kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh."


Berbicara dengan penuh kasih ketika membuat keputusan atau menghadapi situasi sulit.

- "Saya layak mendapatkan cinta dan penghargaan."

- "Saya berhak bahagia, meskipun ada kesulitan."


Penerimaan Diri

- "Tidak apa-apa jika saya tidak sempurna, saya adalah manusia."

- "Saya menghargai diri saya apa adanya."


Mendorong Keberanian

-  "Saya berani mencoba hal-hal baru, meskipun saya ada kecemasan dalam diri."

- "Saya akan menghadapi ketakutan saya, karena itu adalah bagian dari proses."


Menyemangati Diri

• "Saya memiliki kemampuan untuk berkembang dan berhasil."

• "Setiap langkah kecil membawa saya lebih dekat ke tujuan saya."


Dengan mengidentifikasi dan merefleksikan kalimat-kalimat ini, Anda dapat mulai memahami dan mengelola dialog internal Anda dengan lebih baik. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan yang lebih sehat antara kritik dan dukungan dalam pikiran Anda.



Bagaimana suara-suara positif ini berinteraksi dengan inner critic Anda? Apakah mereka memberikan sudut pandang yang seimbang, atau justru tenggelam di bawah dominasi kritik?


Kenali Bagian-Bagian Utama dalam Dialog Internal


Dalam perjalanan mengenali dialog internal, kita akan bertemu beberapa "karakter" utama dalam pikiran yang sering muncul dalam dialog internal kita:

1. Inner Critic (Kritikus dalam Diri)

Bagian ini mengkritik dan sering kali bertanggung jawab atas perasaan bersalah, malu, atau ketidakpuasan diri. Inner critic memiliki tujuan melindungi, namun pendekatannya sering kali membuat kita merasa tertekan.


2. Inner Mentor (Pembimbing dalam Diri)

Ini adalah suara bijaksana dan penuh kasih yang mengingatkan kita untuk bersikap adil dan lembut pada diri sendiri. Inner mentor sering berperan sebagai penengah yang memberikan perspektif yang lebih sehat.


3. Inner Child (Anak dalam Diri)

Inner child adalah bagian diri yang penuh kegembiraan, spontanitas, dan kepolosan. Namun, dalam situasi sulit, inner child bisa merasa tak berdaya atau kecil, terutama saat berhadapan dengan kritik keras dari inner critic.


4. True Self/Aware Ego (Diri Sejati)

Bagian ini adalah pengamat yang tidak menilai dan memberikan ruang bagi semua suara dalam diri kita. True self adalah bagian dari diri yang penuh penerimaan dan sering kali muncul dalam momen kesadaran, seperti saat meditasi.


Bagaimana mengelola dialog internal dalam diri?


Menciptakan hubungan yang sehat dengan diri sendiri bukan berarti menghilangkan inner critic, melainkan belajar menciptakan keseimbangan di antara semua suara ini. Inner critic mungkin memiliki niat baik, namun kita dapat memilih untuk lebih mendengarkan inner mentor atau inner child saat berhadapan dengan kritik.


Proses ini melibatkan pemberian tempat bagi setiap suara dalam diri kita tanpa membiarkan salah satunya mendominasi. Dengan mengenali dan memahami karakter-karakter ini, kita dapat melihat diri kita sebagai "meja bundar" di mana semua bagian dapat berinteraksi secara harmonis.


Tips Praktis untuk Memulai

1. Observasi Tanpa Penilaian

Perhatikan saja dialog internal Anda tanpa menghakimi. Saat inner critic muncul, coba dengarkan tanpa perlu bereaksi. Ini adalah langkah penting dalam mengenali pola-pola dialog internal.


2. Catat Dialog Internal Anda

Luangkan waktu selama satu minggu untuk mencatat dialog yang muncul di kepala Anda. Anda bisa melakukannya dalam buku harian atau catatan di ponsel. Coba periksa pola-pola yang sering muncul, terutama frasa atau pesan tertentu yang berulang.


3. Refleksi

Tanyakan pada diri sendiri

Apakah Anda memiliki cara yang efektif untuk menangani inner critic sejauh ini? Apa yang bisa Anda lakukan dengan lebih baik?


4. Empati Diri

Cobalah untuk lebih empatik kepada semua bagian dalam diri Anda. Jika bisa lebih empatik 5% selama seminggu, bagaimana Anda akan memperlakukan diri Anda sendiri?


Dengan memahami bahwa kita memiliki berbagai bagian dalam dialog internal, kita bisa mulai merangkul semua bagian diri dengan cara yang lebih seimbang dan menerima. 

Proses ini tidak hanya akan membantu kita mengelola inner critic, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih damai dan penuh kasih dengan diri sendiri. 

Dialog internal yang sehat akan menjadi fondasi bagi kesehatan mental yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan kita dalam menghadapi tantangan hidup.


Semoga bermanfaat dan Terima kasih 


Jakarta, 2 November 2024


*Instructor NLP IHC


Editor: Abdul Chalim

×
Berita Terbaru Update