tegursapanews.com - Nahdlatul Wathan: Di Surabaya sendiri, cabang Nahdlatul Wathan ini ada di Jagalan dengan nama Hidayatul Wathan, sisanya menyesuaikan dengan nama daerahnya, seperti Nahdlatul Wathan pacar keling, Nahdlatul Wathan Petukangan, dan Nahdlatul Wathan Wonokromo.
Bahkan, pada 1939, dalam hitungan cermat, terdapat siswa kaki-laki sebanyak 924 anak, perempuan 474 siswi, Ustadz ada 35 dan 14 Ustadzah.
Sedangkan asetnya terdiri dari 72 gedung berstatus waqaf, 2 gedung berstatus pinjaman, dan 8 gedung berstatus sewa.
Fakta diatas membuktikan apabila madrasah Nahdlatul Wathan merupakan salah satu lembaga terkemuka dan progresif di era kolonial.
Hal ini, tidak lepas dari kelincahan, KH. A. Wahab Chasbullah dibantu oleh Muhammad Sugeng Shidiq Yudhodiwirjo, santri yang menguasai seluk beluk hukum belanda.
Kiai Wahab memang cerdik dalam memperjuangkan legalitas madrasah ini, sebab Belanda ini berpijak pada ordonantie 1905.
Menurut peraturan yang diberlakukan di Jawa dan Madura ini, seorang guru agama harus memiliki keterangan mengajar atau ijin tertulis sebel dia mengajar, dan setiap guru agama harus mengetahui daftar mata pelajaran dan nama murid-muridnya agar dapat di kontrol.
Belanda semakin membatasi ruang guru sampai mengeluarkan ordonantie 1928 berisi aturan kewajiban melapor kepada pejabat pemerintah.
Demikian pula dengan ordonantie 1932 yang berisi aturan pembatasan sekolah swasta. Namun, dengan kelincahan dan kecerdikannya, Kiai Wahab Chasbullah bisa memperjuangkannya sehingga lembaga pendidikan yang beliau kelola tidak diakui oleh pemerintah Belanda.
Dengan siasat demikian, maka Nahdlatul Wathan bisa tetap menyelenggarakan aktivitasnya berkat upaya yang dilakukan oleh Kiai Wahab Chasbullah, guru dari KH. A Wahab Turcham, sosok yang kita bahas dalam tulisan ini.
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya, Sabtu - 21 - Desember - 2024
Abdul Chalim CEO tegursapanews.com Sponsorship universal Institute of Professional Management (UIPM) E C O S O CU I P M
Yayasan Khadijah Surabaya