tegursapanews.com - mahaguru: Ada satu lagi faktor Tebuireng sebagai "kiblat" nya para Ulama di seluruh Jawa pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Menurut KH. Syaifuddin Zuhri, Tebuireng memiliki daya tarik yang kuat sekali. Ada kecenderungan di kalangan para santri dan bahkan Kiai-kiai pesantren yang lain untuk bisa merasa "dekat" dengan Tebuireng.
Ada sesuatu yang dirasakan hanya di Tebuireng orang bisa menemukannya. Bukan sekedar pribadi Hadratussyekh tetapi terutama karena tokoh besar ini didasarkan tepat sekali untuk menduduki tempat sebagai "Bapak Ulama" Indonesia.
Begitu kuatnya pengaruh tokoh satu ini hingga suatu ketika di sekitar tahun 1935-an pemerintah kolonial Belanda, melalui Vander Plas (pakar Islamologi, pernah menjadi Gubernur Jawa Timur era penjajahan Belanda) hendak menganugerahkan bintang penghargaan kepada kakek Gus Dur ini.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda bersiasat untuk menekuk gerak NU agar tidak macam-macam. Vander Plas tahu benar filsafat orang Indonesia terutama Jawa, dicerminu oleh watak hurufnya ho-no-co-ro-ko.
Huruf Jawa kuno itu selalu hidup mandiri. Dilayar tetau hidup, dihulu tetap hidup, dicakra tetap hidup, bahkan ditaring dan ditaring tetap hidup.
Tetap, kalau dipangku... mati...!." Setrategi "merangkul" dan mengendalikan lawan dengan cara halus ini coba diterapkan Van Der Plas.
Bersambung.....
Kedinding Lor Surabaya, Rabu - 25 - Desember - 2024
U I P M
Yayasan pendidikan Khadijah Surabaya
