tegursapanews.com - lahir: Tjokroaminoto pindah di Surabaya pada bulan September 1907 bersama istrinya Soeharsikin, dan lima anaknya oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah, dan Sunud Ahmad.
Ternyata saad di Surabaya Tjokroaminoto juga menampung pemuda-pemuda yang sekolah di lembaga pendidikan milik pemerintah Hindia Belanda.
Di antara kader Tjokroaminoto banyak yang menjadi pemikir di tanah air namun berbeda idiologi, misalnya Sukarno (nasionalis), Kartosuwiryo (Islamis) Alimin dan Semaoen (Komunis).
Tak hanya itu, sebagai kampung tua, di kawasan Peneleh juga ada makam tua Belanda.
Kompleks pemakaman bernama resmi De Begrafplaats Peneleh Soerabaja yang di bangun tahun 1814 ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi golongan atas kaum Eropa yang pernah bermukim di Surabaya.
Di kampung kini inilah Kiai Wahab Turcham menghabiskan waktu di masa kecilnya. Dia mengaji kepada ayahnya, juga kepada beberapa ulama lain.
Kiai Wahab yang tumbuh dalam keluarga santri, merasakan tempaan kuat dari ayahnya. Pendidikan keagamaan ditanamkan dengan kuat.
Sedangkan rasa cinta tanah air juga mulai di tumbuhkan oleh ayahnya kepada Kiai Wahab Turcham kecil.
Saat itu, di awal 1930 an, iklim Surabaya juga di ramaikan oleh banyaknya organisasi yang berkembang di kota ini.
Selain Sarikat Islam, ada Muhammadiyah, juga NU yang tidak lama lahir. Gerakan Jong Islamiten Bond dan Jong Jawa juga mendapatkan pengikut yang tidak sedikit.
Iklim revolusioner ini banyak membentuk karakter Kiai Wahab Turcham kecil. Yang dia saksikan dari kaum pergerakan membekas di benaknya, sehingga tidak heran jika di kemudian hari dia merasa nyaman bergerak dalam perjuangan menegakkan panji Islam dan mengembangkan pendidikan Islam.
Bersambung.....
Foto: Tribunnewswiki
Kantin belakang Rektorat lama lanta II Depan Kopas Kantin Uinsa Jalan A Yani Surabaya, Kamis 12 Desember 2024
U I P M
Yayasan Khadijah Surabaya
