Oleh: Yusdi Lastutiyanto*
tegursapanews.com - Mempersepsikan: Terkadang, sebagi orang tua kita sering merasa bahwa cara mereka mengasuh anak sudah yang terbaik. Namun, kenyataannya, persepsi anak terhadap pengasuhan tersebut bisa sangat berbeda.
Apa yang orang tua anggap sebagai perhatian dan kasih sayang, mungkin dirasakan anak sebagai sesuatu yang membatasi atau bahkan membebani. Inilah pentingnya memahami bagaimana anak mempersepsikan gaya pengasuhan orang tuanya.
Kejadian tragis yang baru-baru ini terjadi di Jakarta Selatan, di mana seorang anak membunuh ayah dan neneknya, menjadi pengingat bahwa faktor psikologis yang mendalam, termasuk kebutuhan emosional anak yang tidak terpenuhi, dapat berdampak besar pada perilaku mereka.
Oleh karena itu, kita perlu melihat kembali bagaimana kebutuhan emosional inti anak, seperti yang dijelaskan dalam teori core emotional needs, berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak.
Ada lima kebutuhan emosional inti yang diperlukan dalam masa tumbuh kembang, diantaranya:
1. Keterikatan yang Aman dengan Orang Lain (Secure Attachment)
Anak yang merasa aman dan dicintai oleh orang tua cenderung memiliki keterikatan emosional yang kuat dan stabil. Ketika kebutuhan untuk merasa aman ini tidak dipenuhi, anak bisa merasa terisolasi atau kesulitan membangun hubungan sehat di masa depan. Perasaan tidak aman dalam keluarga dapat memicu rasa cemas yang tinggi, bahkan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain, yang bisa berdampak pada interaksi sosial mereka.
2. Otonomi, Kompetensi, dan Identitas Diri (Autonomy, Competence, and Sense of Identity)
Setiap anak membutuhkan kesempatan untuk berkembang secara mandiri, merasakan keberhasilan, dan mengenali siapa diri mereka. Ketika orang tua terlalu mengontrol atau tidak memberikan ruang bagi anak untuk berkembang, anak bisa merasa tidak kompeten atau kehilangan rasa identitas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengarah pada kebingungan atau ketidakmampuan untuk membuat keputusan sendiri, serta perasaan rendah diri.
3. Kebebasan untuk Mengekspresikan Kebutuhan dan Emosi yang Valid (Freedom to Express Valid Needs and Emotions)
Anak harus merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau dihukum. Jika anak merasa bahwa emosi mereka tidak dihargai atau diabaikan, mereka bisa belajar untuk menekan perasaan, yang lama kelamaan bisa berujung pada masalah emosional atau bahkan perilaku agresif. Dalam situasi ekstrem, ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan bisa mendorong anak pada tindakan yang merusak dirinya atau orang lain.
4. Kebebasan untuk Bermain dan Spontanitas (Spontaneity and Play)
Permainan dan spontanitas adalah cara anak belajar mengatasi dunia dan mengembangkan kreativitas. Ketika anak terlalu dibatasi dan tidak diberi kesempatan untuk bermain secara bebas, mereka bisa merasa tertekan, kehilangan semangat, dan kurang mampu mengekspresikan diri. Proses ini bisa mempengaruhi keseimbangan emosional anak dan memperburuk kecemasan serta ketegangan dalam diri mereka.
5. Batasan yang Realistis dan Pengendalian Diri (Realistic Limits and Self-Control)
Anak perlu belajar memahami batasan dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri. Tanpa batasan yang jelas, anak bisa merasa bingung atau tidak aman. Sebaliknya, jika batasan tersebut terlalu ketat atau tidak realistis, anak bisa merasa tertekan atau memberontak. Pembelajaran tentang pengendalian diri yang sehat sangat penting dalam membantu anak tumbuh menjadi individu yang matang dan bertanggung jawab.
Jika kebutuhan-kebutuhan emosional ini tidak terpenuhi, dampaknya bisa sangat besar bagi anak. Mereka bisa merasa kesepian, bingung, cemas, atau bahkan marah tanpa tahu bagaimana cara mengelola perasaan mereka.
Ada juga kasus dimana anak memiliki keterampilan coping yang rendah, dampak jangka panjangnya bisa mencakup kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat, rendahnya rasa percaya diri, dan kesulitan dalam mengelola emosi secara sehat. Dalam kasus yang lebih ekstrem, seperti yang kita lihat dalam tragedi baru-baru ini, perasaan yang terabaikan atau tidak dihargai bisa berkembang menjadi perilaku yang destruktif.
Sebagai langkah untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana anak mempersepsikan gaya pengasuhan orang tua, Psikonesia kali ini membuat kuesioner yang diperuntukkan untuk anak usia 12 sampai 18 tahun, yaitu kuesioner tentang persepsi anak pada orang tuanya. Saya menyarankan orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengisi *Parenting Style and Dimension Questionnaire*.
Kuesioner ini akan membantu orang tua memahami bagaimana anak melihat gaya pengasuhan mereka. Tanyakan pada anak untuk mengisi dengan jujur, karena jawaban mereka akan menjadi bahan refleksi yang sangat berharga dalam memahami dinamika hubungan keluarga. Dengan mengisi kuesioner ini, orang tua bisa belajar lebih banyak tentang cara yang lebih baik dalam mendukung perkembangan emosional anak.
Anda dapat mengakses kuesioner tersebut melalui link dibawah iniπ
https://www.psikonesia.com/assessments/kuesioner-gaya-pengasuhan-orang-tua-dan-kualitas-hubungan-orang-tua-anak-gpho-pak
Dengan mengisi kuesioner ini, orang tua diharapkan bisa memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang pengasuhan mereka dan memperbaiki pola yang dapat mendukung kesejahteraan anak secara keseluruhan.
Jika Anda sebagai orang tua ingin mengetahui hasilnya, terbukalah dengan cara pandang anak, _open mind_, jangan judgmental dan labeling. Kalau Anda marahin, saya jamin anak tidak mau terbuka pada Anda.
Episode kali ini kita belajar melalui kuesioner dan refleksi diri dulu ya.
Semoga bermanfaat dan Terima kasih
Jakarta, 2 Desember 2024