Notification

×

Iklan

Iklan

Filosofi Pohon Bambu Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

| Desember 01, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-02T07:29:24Z


Oleh: Sayidah Iklima, S.Psi *


tegursapanews.com - Pohon Bambu: Mengamati pohon bambu di kebun belakang rumah, menyadarkan saya bahwa kehidupan manusia ternyata mirip dengan kehidupan pohon bambu. 


Coba bayangkan, 5 tahun pertama kehidupan pohon bambu adalah yang paling menentukan, karena meski tidak terlihat sedang bertumbuh tapi ini merupakan fase pembentukan fondasi yang akan menentukan bagaimana sepanjang hidupnya kelak. 


Fondasi penguatan akar. Sama seperti hidup manusia. 5 tahun pertama nampaknya tidak berdampak apa-apa. Tidak terlihat sedang belajar/menyerap sesuatu karena hanya main dan main, kita beri stimulasi atau tidak, kelihatan tidak ada bedanya. 


Sama-sama terlihat belum bisa apa-apa. Seperti pohon bambu yang di awal fase kehidupannya terlihat tidak bertumbuh meski terus disiram, diberi pupuk dan dirawat dengan baik namun terlihat tidak membuahkan hasil, namun justru menjadi fase yang paling menentukan bagaimana kekuatan hidupnya kelak. 


Kehidupan manusia juga ternyata seperti itu. Di awal-awal kehidupan, anak terlihat belum bisa melakukan apa-apa, namun sebenarnya otaknya ibarat celengan, dan celengan ini akan terisi jika kita rajin memberi stimulasi. 


Sehingga jika kita rajin “menabung” saat anak masih bayi, nantinya akan terlihat ledakan atau perkembangan yang begitu cepat saat anak mulai memasuki masa toddler. Kita akan terheran-heran, kok begitu cepat perkembangan bahasanya, berjalannya dan seterusnya. seperti meledak!


Namun jika kita tidak rajin memberikan stimulasi ketika anak masih bayi lantaran merasa seorang bayi belum bisa melakukan apa-apa, tunggu nanti saja pemberian stimulasinya, akhirnya celengannya jadi sedikit isinya. Sehingga yg mau dikeluarkan anak pun jadinya hampir tidak ada. Kita pun akan bertanya-tanya "kok dia belum bisa ini itu ya?". 


Oleh karena itu di masa emas ini, masa ketika otaknya berkembang begitu pesat, masa ketika anak menyerap jauh lebih banyak, adalah waktu yang paling tepat untuk kita stimulasi. 


Tentunya dengan stimulasi yang sesuai dengan tahap perkembangannya seperti berkomunikasi, bernyanyi, membacakan buku, dan sebagainya. Karena jika stimulasinya tidak tepat maka akan mental dan tidak masuk ke dalam "celengan"nya. 


Mirip sekali dengan pohon bambu bukan?  Di masa "golden age"nya, bambu terlihat tidak menunjukkan pertumbuhan apa-apa atau hanya tumbuh beberapa cm saja. Tidak terlihat pertumbuhan yang signifikan meski disiram, dipupuk dan dirawat setiap hari. 


Namun sebenarnya dalam masa tersebut fondasinya sedang dibentuk. Akarnya sedang diperkuat. Pada masa itu, bambu sedang mempersiapkan diri menjadi tumbuhan yang kokoh dan tahan di segala cuaca. 


Maka kita harus betul-betul memberi pupuk, memperhatikan nutrisi serta keamanannya. Memberikan perhatian terbaik karena akan menentukan bagaimana kehidupannya kelak. 


Ketika akarnya tumbuh semakin dalam, pohon bambu mengumpulkan kekuatan yang tak terlihat. Dan setelah masa golden age-nya berhasil, pohon bambu tumbuh menjadi begitu pesat dan mampu bermanfaat bagi banyak orang. 


Kepribadian, kecerdasan, hingga nasib seorang manusia di masa depan ditentukan di masa keemasan yang akan menjadi bagian alam bawah sadarnya. 


Bayangkan, 90% segala segi kehidupan kita ditentukan oleh alam bawah sadar, dan 90% ini dibentuk di 5-7 tahun pertama kehidupan. Tinggal melengkapi 10% lagi dari setelah usia keemasan itu hingga anak tersebut dewasa. 


Betapa krusialnya masa ini. Segala apa yang kita masukkan di masa itu akan membentuk fondasi untuk masa dewasa karena masa tersebut merupakan saat saat pertama sel-sel otak saling terkoneksi menjadi sebuah informasi atau rekaman yang kemudian menggerakkan perilaku. 


Apapun yang dimasukkan, diberikan, dan ditumbuhkan semua akan terrekam kuat sebagai memori yang membentuk diri seorang manusia. Sayangnya masih banyak sekali orang tua yang luput akan gentingnya masa ini lantaran ketidaktahuan, sehingga malah terfokus pada perkembangan yang tinggal 10% nya lagi. Aduhai! 


Selayaknya merawat pohon bambu yang banyak membutuhkan kesabaran di 5 tahun pertamanya. Merawat manusia pun begitu. Saat mendidik anak di 5 tahun pertamanya, kita harus ekstra perhatian dan banyak-banyak sabar. 


Sabar saat memberikan ASI hingga harus bergadang, sabar saat harus sering-sering mengganti popok, sabar saat ia rewel atau tantrum, sabar dengan kesenangannya mencorat-coret tembok atau main air, sabar dengan mainannya yang selalu membuat rumah berantakan, dan kesabaran-kesabaran lain yang justru jika berhasil dilalui akan melejitkan potensi anak dan membuat peluang suksesnya di masa depan menjadi sangat besar. 


Kesabaran adalah sesuatu yang membutuhkan keahlian. Sama seperti saat kita merawat anak-anak kita, kita membutuhkan kesabaran dan keahlian dalam melakukannya agar mendapatkan hasil yang terbaik. Dan keahlian ini sering kita sebut sebagai “parenting”. Sebuah keahlian dalam merawat jiwa mungil agar bisa menumbuhkan potensi besar di dalam dirinya. 


Pohon bambu mengajarkan kita bahwa setiap proses membutuhkan waktu. Namun seringkali kita ingin mencapai hasil dengan segera. Melihat perubahan signifikan dalam waktu singkat. Justru kita perlu memupuk dan merawat akar-akar kita dengan sabar dan tenang. Karena dalam ketenangan itulah pertumbuhan yang sejati terjadi. 


Di samping kesabaran dalam pendidikan anak, pohon bambu juga mengajarkan tentang ketekunan. Bambu tidak membiarkan kendala dan hambatan menghalangi pertumbuhannya.  Saat terkena angin kencang, pohon bambu tetap lentur dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Anak-anak kita pun seperti ini jika mendapatkan pengasuhan yang tepat di 5 tahun pertamanya. 


Akan tumbuh seperti pohon bambu yang mampu berdiri teguh dalam menghadapi berbagai keadaan namun juga bisa bersikap lentur, tegar berdiri di tengah badai. 


Anak akan terus tumbuh dan mengeksplorasi lingkungannya meskipun berkali-kali terjatuh. Pohon bambu juga memiliki keindahan yang tak tergoyahkan di tengah segala kondisi. Bahkan di dalam kesederhanaannya bambu memberikan keindahan alami yg menenangkan. 


Seperti yang kita ketahui, mendidik anak di usia golden age penuh dengan tantangan. Dan kesabaran adalah kunci keberhasilan. Dengan kesabaran yang baik kita bisa belajar menikmati proses dan menemukan kedamaian dalam keadaan yang sulit.


Mari kita bersabar untuk mencapai tujuan kita memberikan pengasuhan terbaik bagi anak-anak kita. Bersabar menghadapi rintangan dan kesulotan dalam mendidiknya hingga akhirnya datang momen yang indah. Penting sekali pada masa ini untuk banyak bersabar. Sebab kesabaran adalah satu²nya hal yang memisahkan kita dari kemurahan takdir.


Kembali lagi ke pohon bambu, dibalik tegaknya pohon bambu yg anggun, tersembunyi sebuah filosofi yang luar biasa. Pohon bambu mengajarkan kita tentang kekuatan, kesabaran dan ketekunan yang tak tergoyahkan dalam mendidik anak-anak kita di masa keemasannya. 


Foto: Mandiri Amal Insani


*Konselor dan terapis tumbuh kembang. 


Editor: Abdul Chalim

×
Berita Terbaru Update