Oleh: Masluchah*
tegursapanews.com - Strawberry: Melihat kesibukan santri di pagi hari membuat hati terenyuh. Kasihan, tapi bagaimana lagi ini proses yang harus dilalui. Disaat banyak anak seusianya masih berleha-leha santai dilayani oleh orang tua atau pembantu rumah tangga; mereka harus bersih majid, kamar, asrama, Kamar Mandi, buang sampah, cuci pakaian sendiri, menyiapkan maqra hafalan hari ini, murajaah pelajaran lalu untuk menerima pelajaran baru, dan lain-lain.
Itulah pendidikan kehidupan, sederhana tapi mengena, berat memang tapi sangat berarti. Bagaimana jiwa mereka ditempa agar bisa bertanggungjawab atas dirinya sendiri, dan lingkungan sekitar, sebelum kelak mengemban tanggung jawab yang lebih besar, atas agama Islam dan umatnya.
Tidak boleh manja, jangan bisanya hanya mengandalkan orang lain untuk hal-hal remeh yang harusnya dikerjakan sendiri. Tangan jangan sampai alergi menyentuh gagang sapu, alat pel, deterjen cuci baju, memungut sampah, membersihkan selokan dan lain lain
Jangan banyak mengeluh dan mudah menyerah. Terus bersabar, terus semangat, menyemangati diri sendiri dan orang lain.
Jangan bermental tempe apalagi strowbery, ini yang disampaikan oleh sang kyai kepada santrinya. Bermental tempe apalagi strawberry itu lembek mudah layu dan rusak, orang-orang besar itu terlahir dari keprihatinan dan keterbatasan, bukan kenyamanan dan kemewahan.
Bersusah payah sekarang untuk mendapatkan keutamaan di masa depan. Selalu ingat pesan Al Imam Asy Syafi'i radhiyALLAHu 'Anhu
ومن رام العلا من غير كد أضاع العمر في طلب المحال.
"Barangsiapa menghendaki keluhuran tanpa mau bersusah payah itu berarti menghabiskan usia untuk perkara yang mustahil didapat."
*Pengajar Bina Baca Al-Qur'an di Sekolah Negeri dan tahsin majlis Ibu-ibu. Di Surabaya.
Editor: Abdul Chalim