tegursapanews.com - Bola Liar: Albert Einstein pernah berkata bahwa "imajinasi lebih penting daripada logika." Pernyataan ini mencerminkan keyakinan bahwa kemampuan untuk membayangkan, menciptakan, dan melintasi batas-batas realitas yang ada adalah kunci utama inovasi. Dengan imajinasi, manusia mampu menciptakan konsep baru, menemukan solusi, dan membangun dunia yang lebih baik.
Namun, di sisi lain, Seneca, seorang filsuf Stoik, mengingatkan bahwa imajinasi juga dapat menjadi sumber penderitaan. Ketika dibiarkan liar tanpa kendali, imajinasi dapat menyeret seseorang ke dalam pusaran kekhawatiran, ketakutan, dan proyeksi masa depan yang belum tentu terjadi. Imajinasi yang tidak terkendali sering kali membuat kita merasakan ketegangan terhadap hal-hal yang bahkan belum tentu menjadi kenyataan.
Dari dua pandangan ini, kita dapat melihat bahwa imajinasi ibarat bola liar. Dalam kondisi tertentu, ia dapat menjadi alat yang sangat berdaya guna untuk menciptakan perubahan positif. Namun, jika tidak diarahkan dengan baik, ia dapat menjadi jebakan yang menguras energi mental dan emosional. Lalu, bagaimana kita dapat memanfaatkan imajinasi tanpa terjebak oleh sisi gelapnya?
Mindfulness atau kesadaran penuh dapat menjadi jawaban atas dilema ini. Dalam bukunya, _Things You Can See Only When You Slow Down_, Haemin Sunim menjelaskan pentingnya melambatkan langkah, mengamati pikiran dengan penuh kesadaran, dan menerima keadaan tanpa penghakiman. Dengan mindfulness, kita dapat menciptakan jarak antara diri kita dengan imajinasi yang muncul di pikiran.
Ketika imajinasi mulai melangkah ke arah yang tidak memberdayakan, kesadaran penuh membantu kita untuk mengenali dan melepaskannya. Sebaliknya, ketika imajinasi membawa inspirasi dan gagasan, mindfulness memungkinkan kita untuk mengembangkannya secara produktif. Dengan cara ini, imajinasi tidak lagi menjadi bola liar yang tidak terarah, tetapi sebuah alat yang diarahkan dengan bijaksana.
Pelajaran ini mengajarkan kita bahwa kunci dari kehidupan yang seimbang bukanlah menolak imajinasi, melainkan mengelolanya dengan sadar. Sebagaimana Einstein menekankan pentingnya imajinasi dan Seneca memperingatkan bahayanya, mindfulness menjadi jembatan untuk mengintegrasikan keduanya. Imajinasi yang dikelola dengan kesadaran dapat menjadi sumber kreativitas tanpa menjadi beban yang melemahkan.
Jakarta, 13 Januari 2025
Foto: RRI
Oleh: Yusdi Lastutiyanto