Oleh: Yusdi Lastutiyanto*
_"The last of the human freedoms is to choose one's attitude in any given set of circumstances."_
— Viktor Frankl
Kopi Pahit dan Senyuman Pak Tua
tegursapanews.com - Kopi Pahit: Di sebuah warung kopi kecil di sudut kota, seorang pemuda mengeluh kepada seorang pria tua yang duduk di depannya.
"Hidup ini tidak adil, Pak. Aku sudah berusaha keras, tapi tetap saja ada saja masalah yang datang. Kadang aku berpikir, apakah memang takdirku begini?" keluh pemuda itu sambil mengaduk kopinya yang pahit.
Pria tua itu tersenyum, menyesap kopinya pelan, lalu berkata, "Nak, hidup itu seperti kopi ini. Kita tidak bisa memilih apakah biji kopinya akan pahit atau manis, tapi kita bisa memilih bagaimana menikmatinya. Kau bisa mengeluh, atau kau bisa menambahkan gula, bahkan menikmatinya apa adanya."
Pemuda itu terdiam. Kopinya masih pahit, tapi sekarang ia melihatnya dengan cara yang berbeda.
Kebebasan yang Tidak Bisa Dirampas
Viktor Frankl, seorang psikolog dan penyintas Holocaust, menemukan bahwa dalam kondisi yang paling mengerikan sekalipun, manusia masih memiliki satu kebebasan terakhir, memilih sikapnya sendiri terhadap situasi yang ia hadapi.
Ia melihat bagaimana beberapa tahanan di kamp konsentrasi tetap bisa menunjukkan kebaikan, berbagi roti terakhir mereka, atau hanya sekadar tersenyum meskipun dihadapkan pada penderitaan luar biasa. Itu karena mereka memilih untuk tidak membiarkan keadaan menentukan siapa mereka.
Kita mungkin tidak bisa mengendalikan segala sesuatu dalam hidup ini, keadaan ekonomi, perlakuan orang lain, atau bahkan nasib buruk yang datang tiba-tiba. Namun, kita selalu punya kendali atas bagaimana kita bereaksi.
Logoterapi dan Makna Hidup
Frankl mengembangkan Logoterapi, sebuah pendekatan psikologi yang menekankan bahwa manusia bisa bertahan dalam kondisi apa pun asalkan ia menemukan makna dalam penderitaannya.
Dalam studinya, Frankl menemukan bahwa orang-orang yang memiliki tujuan hidup lebih mampu bertahan dalam situasi sulit dibandingkan mereka yang menyerah pada keputusasaan. Bukan keadaan yang menentukan manusia, tapi bagaimana ia memberi makna pada keadaan tersebut.
Sebagai contoh, seseorang yang kehilangan pekerjaan bisa melihatnya sebagai kegagalan atau sebagai kesempatan untuk mencari peluang baru. Perbedaannya? Sikap dan cara pandang.
Bagaimana Memilih Sikap yang Kuat?
1. Sadari bahwa Anda punya pilihan.
Setiap kali sesuatu terjadi, tanyakan pada diri sendiri: Bagaimana saya ingin merespons ini?
2. Temukan makna dalam setiap kesulitan.
Pikirkan: Apa yang bisa saya pelajari dari situasi ini?
3. Ubah perspektif.
Lihatlah masalah dari sudut pandang yang lebih luas. Kadang, sesuatu yang tampak buruk hari ini bisa menjadi berkah di masa depan.
4. Latih rasa syukur.
Bahkan dalam keadaan sulit, selalu ada sesuatu yang bisa disyukuri. Fokus pada hal itu.
5. Jaga kendali atas emosi.
Tarik napas dalam, ambil jeda, lalu pilih respons yang lebih bijak daripada sekadar bereaksi impulsif.
Kopi, Hidup, dan Pilihan
Hidup ini seperti secangkir kopi. Kadang pahit, kadang manis, tapi yang menentukan nikmat atau tidaknya bukan kopinya, melainkan cara kita menikmatinya.
Kita tidak selalu bisa mengendalikan apa yang terjadi dalam hidup, tapi kita selalu bisa memilih bagaimana kita menyikapinya.
Maka, pilihlah dengan bijak respon yang ideal, functional dan proporsional.
Jakarta, 1 Maret 2025
*Instruktur di Ihc Jakarta