Oleh: Yusdi Lastutiyanto*
tegursapanews.com - Ise Sse: Suatu hari, seorang pria bernama Raka datang ke ruang praktik di Cikini Raya Jakarta Pusat. Setelah beberapa kali berkomunikasi melalui Whatsapp untuk melakukan formulasi kasus, akhirnya Raka memutuskan untuk bertemu tatap muka. Saat awal berjumpa matanya menyiratkan kelelahan yang lebih dari sekadar fisik, kelelahan batin yang sudah terlalu lama ia pendam.
"Ada yang saya rasakan sejak kecil, dan sepertinya ini berulang terus dalam hidup saya," katanya pelan. "Saya tumbuh dengan ayah yang keras, sulit memberi apresiasi, dan kalau saya melakukan kesalahan, hukuman adalah satu-satunya cara dia merespons."
Raka kini berusia 34 tahun. Seorang profesional sukses, tetapi dalam relasi dan kepercayaan diri, ada sesuatu yang selalu menghantui. Di setiap keputusan penting, ada suara kecil yang berbisik, 'Kamu tidak cukup baik. Kamu harus lebih keras lagi, lebih sempurna." Setiap kali ia gagal, tubuhnya merespons dengan gelisah dan rasa bersalah yang berlebihan.
Polanya sudah jelas, sesuatu di masa lalu telah membentuk keyakinan ini, dan tanpa disadari, ia terus mengulangnya dalam berbagai aspek hidup. Ini bukan sekadar kebiasaan, tetapi pola bawah sadar yang dalam Hipnoterapi disebut dengan ISE (_Initial Sensitizing Event_) dan SSE (_Subsequent Sensitizing Event_).
Memahami ISE dan SSE: Akar dari Pola Perilaku yang Berulang
Dalam hipnoterapi, ada konsep penting yang dikenal sebagai ISE (_Initial Sensitizing Event_), sebuah peristiwa awal yang pertama kali menanamkan emosi tertentu dalam diri seseorang. Ini adalah akar dari pola keyakinan negatif yang terbentuk di bawah sadar.
Namun, ISE saja tidak cukup untuk membentuk kebiasaan. Ada rangkaian peristiwa lain yang memperkuat emosi tersebut, yang disebut sebagai SSE (_Subsequent Sensitizing Events_). SSE adalah kejadian-kejadian berikutnya yang memiliki pola serupa dengan ISE, mempertegas dan memperkuat keyakinan negatif dalam diri seseorang.
Dalam kasus Raka, ISE terjadi saat ia masih kecil, momen ketika ia merasa gagal mendapatkan apresiasi dari ayahnya. Seiring waktu, SSE muncul dalam berbagai bentuk, teguran dari guru, tuntutan kerja yang tinggi, hingga kekecewaan dalam hubungan. Setiap SSE mengingatkan tubuh dan pikirannya pada luka lama, memperkuat keyakinan bawah sadar bahwa ia harus sempurna untuk merasa cukup.
Perjalanan ke Masa Lalu: Age Regression dalam Hipnoterapi
Hipnoterapi bukan soal kendali orang lain atas diri kita, melainkan jembatan untuk memahami diri sendiri dengan lebih jujur. Dengan bimbingan, Raka masuk ke dalam kondisi hipnosis, bukan tidur, bukan kehilangan kesadaran, tapi sebuah kondisi fokus yang memungkinkan akses ke ingatan yang selama ini terkunci.
"Bayangkan kita berjalan ke masa lalu, ke momen ketika perasaan ini pertama kali muncul," ucap terapis dengan santai dan memandu Raka mencari memori itu dengan usia mundur.
Perlahan, kesadaran Raka mundur, membawa tubuh dan pikirannya ke sebuah rumah kecil saat ia masih berusia delapan tahun. Ia melihat dirinya kecil, duduk dengan tangan gemetar, menunggu ayahnya membaca rapor. Ia ingat bagaimana tatapan sang ayah yang dingin, bagaimana satu kata, "Harusnya bisa lebih baik." cukup untuk membuatnya merasa tidak berharga.
Ini adalah ISE-nya, momen pertama yang menanamkan perasaan tidak cukup baik.
Tapi perjalanan belum selesai. Saat eksplorasi berlanjut, ia melihat berbagai SSE, pengalaman saat gurunya membandingkan dirinya dengan teman-teman lain, momen ketika rekan kerjanya menilai usahanya tidak cukup baik, dan bagaimana setiap peristiwa ini membentuk kebiasaan mentalnya untuk selalu merasa tidak cukup.
Rekonsiliasi: Menyelesaikan yang Belum Selesai
Raka kecil di dalam pikirannya menangis. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi selama ini, perasaan itu hanya tertahan dalam diam.
Lalu, dengan bimbingan hipnoterapis, sesuatu terjadi. Raka dewasa kini hadir di hadapan dirinya yang kecil. Ia berlutut, menatap dirinya sendiri dengan penuh kasih, dan berkata, "Aku melihatmu. Aku tahu betapa keras kamu sudah berusaha. Kamu layak mendapatkan apresiasi. Aku ada di sini untukmu."
Dalam kondisi ini, Raka juga membayangkan ayahnya, bukan sebagai figur yang menakutkan, tetapi sebagai manusia yang juga membawa luka dari generasi sebelumnya. Perlahan, proses penerimaan terjadi. Tidak ada lagi kebutuhan untuk terus berlari mengejar validasi, karena sekarang, ia tahu bahwa dirinya cukup.
Dengan teknik ini, ISE dan SSE tidak lagi menjadi sumber luka, tetapi bagian dari masa lalu yang sudah terselesaikan.
Setelah Hipnoterapi: Hidup yang Lebih Lapang
Sesi selesai, dan ketika Raka membuka matanya, ada air mata di sudut matanya, tapi juga senyum yang berbeda.
"Lapang," katanya. "Rasanya lebih lapang."
Hari-hari berlalu, dan beberapa minggu kemudian, sebuah pesan masuk di WhatsApp terapis.
"Mas Yusdi, saya baru sadar, hari ini saya melakukan sesuatu tanpa merasa perlu mendapat validasi dari siapa pun. Saya benar-benar merasa cukup dengan diri saya sendiri. Terima kasih banyak."
Ini bukan keajaiban instan, bukan sulap. Hipnoterapi hanyalah alat, jembatan yang membantu seseorang menyelesaikan apa yang selama ini belum selesai.
Bagi yang masih skeptis dengan hipnosis, tak apa. Tidak semua orang harus percaya. Tapi bagi yang siap, bagi yang tahu ada sesuatu dalam dirinya yang butuh dibereskan, pintu ini selalu terbuka. Dan bagi para hipnoterapis, tugas kita bukan membuktikan apa pun kepada dunia, melainkan tetap melakukan yang terbaik untuk membantu orang-orang yang siap melangkah.
Karena pada akhirnya, seringkali yang belum selesai harus diselesaikan, agar hidup bisa dijalani dengan lebih ringan.
Jakarta, 9 Maret 2025
*Trainer NLP IHC di Jakarta
Editor: Abdul Chalim