×

Iklan

Iklan

Rayakan Galungan, Tangis 2 Dharmika Pecah Di Pelataran Candi Prambanan

| April 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-25T01:20:45Z




tegursapanews.com - KLATEN — Sekitar 350 umat Hindu dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah memadati pelataran Candi Prambanan, Rabu (23/4/2025), untuk merayakan Hari Suci Galungan. Suasana khusyuk dan sakral mengiringi setiap rangkaian upacara, namun ada momen mengharukan ketika dua orang dharmika yaitu Mas Arif dari Kulonprogo dan Mbak Ana dari Kalasan, mereka tak kuasa menahan tangis dan kucuran air mata.


Umat Hindu melaksanakan persembahyangan Hari Raya Galungan setiap 210 hari sekali, yaitu pada Buda Kliwon Wuku Dungulan. Perayaan ini bukan hanya perwujudan syukur atas penciptaan alam semesta oleh Sang Hyang Widhi Wasa, tetapi juga momentum spiritual bagi umat untuk mempererat sradha dan bhakti. 


Prosesi sakral di sisi utama Candi Prambanan dimulai dari pembersihan kawasan candi menggunakan sarana sesaji dan tirta penglukatan.  Selanjutnya, persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Pinandita Haryanto bersama tim dari Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korda Candi Prambanan.



Dalam kesempatan tersebut, penyaji pesan dharma (dharma wacana) Nanang Sutrisno, dosen dari Universitas Udayana Bali. Dengan tutur kata lembut ia menguraikan pentingnya kearifan lokal dan ajaran satyam, siwam, sundaram dalam memperkuat identitas keagamaan Hindu Nusantara.


“Nilai kebenaran dan kesucian menjadi pedomaan dalam merangkai upacara keagamaan berbalut berbagai macam keindahan serta selaras dengan kearifan lokal di tanah Jawa,” ujar Nanang Sutrisno.


Perayaan Galungan merupakan kali kelima dilaksanakan di Candi Prambanan sejak disahkannya Nota Kesepakatan Empat Menteri dan Dua Gubernur, untuk pemanfaatan Candi Prambanan sebagai pusat peribadatan umat Hindu seluruh dunia. 



Momen puncak terjadi seusai penyampaian sambutan oleh Pembimas Hindu DIY, Didik Widya Putra. Ia memberikan memberikan apresiasi kepada ratusan umat Hindu yang konsisten hadir dan terus bertambah dari waktu ke waktu. Selanjutnya ia memberi kesempatan kepada seorang pemuda dan seorang pemudi untuk menyampaikan pesan dan kesan perayaan Galungan di Candi Prambanan.


Suasana mendadak haru saat Mas Arif dan Mbak Ana berbicara dihadapan semua umat dengan suara bergetar dan air mata berlinang. Mereka mengungkapkan perjalanan spiritualnya kembali pada ajaran leluhur sebagai panggilan jiwa. Mas Arif bahkan merasa dirinya sebagai satu-satunya pemuda Hindu di desanya.


“Saya merasa bangga, ini tuntunan leluhur, walapun mungkin saat ini saya menjadi satu-satunya pemuda Hindu di Kulonprogo,” ucapnya sambil sesekali mengusap air matanya.



Sementara itu, Mbak Ana berharap Candi Prambanan yang merupakan warisan leluhur umat Hindu di tanah Jawa bisa kembali dapat difungsikan untuk keperluan agama. 


“Candi Prambanan bukan sekadar situs sejarah. Ini rumah spiritual kami, kami menaruh harapan agar adanya pembatasan pengunjung khusunya ke bilik candi yang dianggap suci, sehingga prosesi keagamaan dapat semakin sakral”, ujarnya.

×
Berita Terbaru Update